Halaman

Jumat, 16 Oktober 2015

13:46 "Mianhamnida"


Minhamnida, maaf, sorry. Untuk beberapa hal aku perlu mengatakan itu. Entah angin apa yang tiba-tiba membawa api dan membakar perasaanku pagi ini. Ada sesuatu yang mengganjal dan harus aku ungkapkan. Mungkin aku sering mengatakan aku baik-baik saja, lebih tepatnya terlalu sering. Aku berbohong, iyaa.. Ada perasaan yang ingin aku jaga, ada rahasia yang belum saatnya diungkapkan. 

Tentu saja aku merasa bersalah setelah kebohongan itu, tapi lagi-lagi ada perasaan yang ingin aku jaga. Aku hanya tidak ingin anda mengetahui lebih banyak dari porsi yang menurutku sudah cukup. Hanya tidak ingin menjadikanku terlalu terbiasa dan nyaman saat aku masih menyebutmu kamu. Dan "kami dan kita" saja belum memulai.

Perasaan siapa yang ingin aku jaga? tentu saja perasaanku. Aku hanya bertanya-tanya, bagaimana jika kemudian aku dan kamu menjadi tidak nyaman satu sama lain? Tidakkah aku kecewa? Tentu saja!!! Aku membenci ketidak nyamanan. Tapi tetap saja menjadi jujur adalah hal yang paling sulit yang bisa aku lakukan. Aku selalu menjadi kaku untuk urusan asa dan rasa. Terkadang untuk sekedar bermimpipun enggan. 

Untuk sebuah rasa yang telah berlalu, jika tentang terlama, tentu dia. Tentang Januari / Alien / Helm, seperti yang sering disebut oleh beberapa temanku yang tetap menjadi misteri bagi mereka. Dan untuk yang lain aku hanya menanggapnya sebagai pelajaran hidup. Terlalu sering aku bercerita tentang si Januari "sesosok" misterius di blog ini. Tapi satu yang terlewatkan, aku belum sempat menuliskan "Selamat tinggal januari, semoga kita tidak berjumpa lagi".  Kenapa aku tidak menuliskannya? Tentu saja aku rasa untuk beberapa saat di periode waktu yang akan datang aku akan berjuma dengannya, berjabat tangan, dan mungkin sekedar berbagi kabar. 

Kemudian, beberapa orang baru datang dengan kode-kodenya sendiri. Nyaman? Iya... terkadang sangat nyaman. Dan itu yang terkadang membuatku lengah dan kembali berandai. Beberapa orang itu datang dan menawarkan bermacam-macam kenyamanan. Beberapa diantaranya kembali menghilang tak berbekas. Terlalu dangkal, sepertinya.
 Fase beku kemudian menyapa, dan ini sangat beku. Entahlah aku merasakan akhir-akhir ini beku. Membeku saat matahari menampakkan sinar yang teramat terik. Dan berakhir menjadi asing kembali. Mungkin angin musim panas ini membawaku pada titik terbeku selama musim ini. Atau mungkin karena aku kembali sibuk dan menyibukan diri. Atau karena ini masanya. Haruskah aku kembali menanti januari? bukan tentang januariku yang dulu, lebih kepada aku menanti bulan dimana air kehidupan itu menyapa, gersang menghilang, dan mentari menjadi enggan untuk bersinar. Sebuah periode waktu dimana aku akan menjadi seperti januari satu tahun yang lalu. Saat hidup hanya tentang buku, membaca, menulis, dan berbicara. 

Aku habiskan hariku untuk menyapa kehidupan. Menikmati terik matahari, mencium aroma tanah gersang, dan membakar kulitku di sawah. Atau sekedar membagi semangat hidup teruntuk dua orang sesepuh yang aku segani. Sahabat Alm. Simbah dan juga Adik ipar dari Alm simbah. Dua orang yang kini terbaring lemah di ICU. Semoga lekas sembuh. 

Musim panas ini, beban kehidupanku benar-benar di luar dugaan. Ketika Ayahku tak setangguh dulu dan dua orang itu merapuh, serta kenyataan bahwa aku kini dituntut menjadi dewasa. 

Menjadi sederhana adalah hal yang sangat susah untuk di wujudkan, dan menjadi jujur adalah pilihan terberat yang harus di wujudkan. Saat ini aku menjadi terbuka untuk beberapa hal. Tapi tetap masih ada rasa yang cukup hanya aku dan Tuhan yang mengetahui. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman

Get Code

pop2

pop