Halaman

Minggu, 10 Januari 2016

Pertemuan






  
Aku memutuskan untuk keluar sangkar kembali setelah hampir dua bulan lamanya aku berdiam diri di rumah. Mencari suasana baru. Mencoba melakukan sesuatu yang waktu itu menurutku cukup keren. Menjadi “Relawan”. Kata-kata keren tapi penuh tantangan. Dalam bayanganku aku berada dalam sebuah wilayah gawat darurat bencana, melakukan aksi sosial, membaur dengan masyarakat pribumi dan ya… aktivitas kece lainnya. Tapi ternyata, aku kalah dengan apa yang aku bayangkan. Keadaan yang ada jauh dari apa yang aku khayalkan. Hmmm semacam kecewa? Mungkin iyaa… Aku tidak akan membahas cerita tentang menjadi relawan itu. Tapi sisi lain dari sebuah kegiatan relawan. Sebuah “Pertemuan”.


Pertemuan pertama di Bandung, 27 Oktober 2015. Sebuah pertemuan dan proses saling mengenal, benar-benar butuh penyesuaian. Kelemahanku selain susah membedakan kanan kiri adalah mengingat nama orang. Pertemuan di Bandung selama empat hari tidak cukup untuk mengingat sebatas rekan perempuan yang ada dalam tempat yang sama denganku. Yang aku ingat hanya yang sekamar denganku dan penghuni “kandang babi”. Tapi, waktu terus berjalan. Hari-hari berikutnya aku mulai mengenal satu persatu dari mereka. Setidaknya untuk “anak gadis” yang tinggal satu atap denganku,  akhirnya aku telah mengetahui namanya”. Teman satu kamarku: Titin, Jayah dan Lia. 4 orang Penghuni “Kandang Babi” sudah aku kenal jauh sebelum kegiatan ini. Nata dan Princess, dia teman satu prodi, Purwi teman satu SMA ku dulu. Dua penghuni kandang babi yang lainnya adalah orang baru di kehidupanku. Nungki yang katanya namanya itu kependekan dari guNung Kidul dan yang satunya Nensi alias Zee anak jururasan matematika, tapi kesan pertamaku dia anak ekonomi. Dan penghuni kamar tengah, Kak Mia, Kak Ayu, dan Ida.


Kandang Babi


Singkat kata mereka adalah teman seperjuanganku di Pekanbaru selama dua bulan kedepan. Periode empat hariku di Bandung tentu tidak cukup bagiku untuk mengenal kepribadian dan watak mereka. Tapi, seiring berjalannya waktu dan tingkat interaksiku dengan mereka, sedikit demi sedikit aku mulai mengenal karakter mereka.
Stasiun Bandung
Hari pertama di Bandung. Aku menginjakkan kaki di kota ini sekitar pukul 11.00 WIB, di sebuah stasiun kereta api. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju lokasi kegiatan. Merasa asing? Tentu saja, aku datang saat yang lain sudah memulai kegiatan di hari ke-3. Setelah meletakkan koper akupun menuju tempat kegiatan geng mata pelajaran geografi. Masih teringat jelas berbekal aplikasi Maps yang terinstal di Hp aku mencoba menemukan lokasi keberadaan gengku itu. Setelah naik angkot dan berjalan kaki, akhirnya aku menemukan tempat itu, “Rumah kuning di Jalan Sumbawa”. Sesampainya di sana aku berjumpa dengan geng Sosiologi yang aku ingat waktu itu ada Titin (teman sekamar) dan Novianto (Korkab Yahukimo). Setelah menunggu beberapa menit temen satu geng ku keluar dari kelas. Yeah… Bertemu kembali dengan Princess alias tari, alias ayix, alias tj dan Nata.  

Dua temanku itu sudah aku kenal semenjak 2009, maklum mereka adalah teman satu prodi ketika kuliah dulu. Kami sangat dekat?? Ahh mungkin, hahhaha. Setelah edisi alay karena pertemuan kembali selesai, aku diculik masuk ke kelas dan bergabung dengan geng geo yang lainnya. Yang aku inget di kelas itu ada tiga anak gadis sebut saja aku, nata, dan princess. Kemudian ada empat cowok. Reza anak Medan yang berlogat Sunda, A Ikhsan, Mas Arif, dan yang satunya aku lupa.

Ketika kegiatan di kelas selesai tiga anak gadis merencanakan sebuah pertemuan kembali dengan rekan kita satu kampus dulu yang telah memilih kampus lain untuk melanjutkan studynya. Dan akhirnya pertemuan kembali. Kami bertemu dengan Fani, teman menggilaku dengan dunia korea dan yang satunya “Bayu” iyaa dia teman kuliah dulu.. Mereka melanjutkan S2 di Upi, karena kita merasa UPI sekarang dalam jangkauan jadi kami putuskan untuk meet up.

Edisi Anak Gadis

with Bayu



Setelah jalan kaki, naik angkot, dan jalan kaki lagi akhirnya kami bertemu dengan Fani dan diajak makan di tempat nongkrong anak UPI sambil menunggu si Bayu. Namanya juga anak gadis rumpi, jadi kamipun ngobrol panjang lebar kali tinggi. Edisi pejalan kaki berlanjut menyusuri kampus UPI. Iyaa… ini kunjungan pertamaku di kampus ini. Sejuk dan ya nyaman… setelah berkeliling  selfie dan ngerumpi dan kaki udah pegal-pegal, kami memutuskan untuk mengunjungi markasnya Fani. Ceritanya mengintip kehidupan anak kos di kota kembang ini. Hari pertama cukup sampai disini. Kami harus kembali ke tempat yang seharusnya, rumah kuning di Jalan Tirtayasa.

Edisi Sinau

Ci Walk

Hari selanjutnya, setelah selesai dari kegiatan utama kami bertiga selalu mengunjungi tempat-tempat yang kiranya menarik, Mall, pusat perbelanjaan, atau hanya sekedar berjalan kaki menyusuri jalanan kota Bandung yang teduh. Rekor terkeren jalan kaki di Bandung adalah “jalan kaki dari “Ciampelas Walk” sampai ke rumah kuning di jalan Tirtayasa. Berapa km?? Entahlah yang jelas cukup melelahkan dan tentunya membahagiakan...

Bandara Husein Sastranegera-Bandung

  

Hari-hari berlalu dan 31 Oktober menyapa. Perjuanganpun akan segera di mulai. Edisi Bandung ditutup dengan selfie di Bandara Husein Sastranegara. Sampai jumpa “Bandung”, salah satu kota impian masa depan. Semoga masih bisa berjumpa, entah menetap atau sekedar berkunjung.



Bandung, Minggu terakhir di Bulan Oktober 2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman

Get Code

pop2

pop