Halaman

Tampilkan postingan dengan label SM3T-Manggarai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SM3T-Manggarai. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 September 2015

Pulau Flores #Part 5 "TERIMA KASIH SMP NEGERI 6 SATARMESE"

SMP Negeri 6 Satarmese
Setelah satu bulan berlalu, akhirnya aku beranikan diri untuk menulis ini. Tentu ada rasa takut, sungkat, dan juga rindu yang menggebu ketika aku menuliskan ini. Menjadi bagian dari keluarga besar SMP Negeri 6 Satarmese adalah kebahagiaan yang luar biasa. Sebuah takdir dan pengalaman luar biasa yang pernah saya alami. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur dan juga maaf untuk satu tahun kebersamaan.
Siswa Menuruni bukit menuju sekolah
medan paling terjal
Aku masih mengingat jelas  langkah kaki pertama SMP Negeri 6 Satarmese pada tanggal 29 Agustus 2014 yang lalu. Menuruni bukit selama 30 menit jalan kaki dari perempatan Langke Majok sampai di SMPN6 adalah awal dari pengalaman yang menakjubkan. Pagi itu begitu dingin, langkahku  nampak begitu pelan dibandingkan dengan semangat calon anak didiku itu. Aku masih mengingat jelas nama siswa yang pertama kali aku ajak berkenalan. Siswa kelas VIII D yang ternyata memiliki nama yang sama denganku “Retno”. Sambil bertanya banyak hal aku dan segerombolan siswa kelas VIII berjalan menuju sekolah. Berkali-kali aku bertanya apakah SMP nya masih jauh? Mereka menjawabnya “tidak ibu”. Tapi menurutku aku sudah berjalan sangat jauh.

Sabtu, 26 September 2015

Pulau Flores #Part 4 "Langke Majok“ (Keluarga Om Pius)

@Bandara Ruteng.. Edisi Alen berangkat ke Kupang

Keluarga Om Pius. Aku merasa menjadi bagian dari keluarga ini meski kami menyembah Tuhan dengan nama dan cara yang berbeda. Dan aku yakin tiga orang teman seperjuanganku pun merasakan hal yang sama. Melebur menjadi keluarga. Kami hidup bersama di keluarga ini selama satu tahun. Keluarga yang luar biasa, semacam keluarga musisi. Seluruh anggota keluarganya bersuara merdu.

Om Pius, dia merupakan bapak bagi kami ber-empat, dan sering sekali kami merepotkan si om. “Om, bisa antar kami ke Ruteng om?”. Dengan mobil kebanggaan AKPP kami berempatpun menuju Ruteng dan memborong sembako sebagai bekal hidup di Langke Majok. Mobil Pik up milik om pius tercatat pernah mengantar kami ke Pantai Nangawoja di hari ketiga kami di desa ini. Ke Ruteng? Entah berapa kali, yang jelas berkali-kali. Ke Mowol,  ketika kami sedang melaksanakan program kerja di SMP Satap Mowol. Ke embung dan bakaran ayam atau hanya sekedar pergi ke kebun milik Om Pius, memanen jagung dan rambutan. Perjalanan malam hari, pesta? Siapa takut, ada om yang selalu menjaga kami, jadi kami aman. Terima Kasih Om Pius, telah menjadi ayah yang sangat baik selama setahun. Semoga sehat selalu.

Jumat, 25 September 2015

PULAU FLORES #PART 3 "LANGKE MAJOK (Mencoba Tumbuh Menjadi Keluarga #AKPP)"


Terima Kasih DIKTI, dengan programmu aku bisa menikmati sunyinya “Langke Majok”. 29 Agustus 2014, pertama kalinya aku menginjakkan kaki di desa ini. Desa yang dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Langke Majok merupakan salah satu kawasan di Desa Nao, Kecamatan Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai. Desa yang asri, sunyi, sejuk, dan ramah. Lokasinya tidak jauh dari Kota Ruteng, cukup satu jam. Dan desa ini juga berada di jalur utama menuju tempat wisata adat, Kampung Adat Todo, dan juga Kampung Waerebo.

Per-29 Agustus 2014 sampai dengan 20 Agustus 2015, saya ditakdirkan menjadi Anak Kos NTT yang ceritanya lagi jadi ibu guru yang mengabdi di daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal. hahahahaa Mengabdi katanya.... tapi menurutku hanya sekedar menjalankan tugas. Semacam tugas kenegaraan dalam bahasa kerennya. Hahahaha

Satu tahun menjadi anak kos NTT. Aku dan teman seperjuangan, sebut saja Yayu Niu, Yayu Shinta, dan Yayu Anis hidup di sebuah rumah milik keluarga “Om Pius”. Kami menyewa dua kamar. Dan patner tidurku satu tahun saat itu adalah Yayu Shinta. Kami berasal dari LPTK yang sama, UNNES. Anak Semarang ceritanya, tapi asal kelahiran kami berbeda, tapi tetap satu rumpun yaitu rumpun NGAPAK.

Kamis, 24 September 2015

Pulau Flores #Part "2 Ruteng (KOTA)"

SM3T Unnes Angkatan IV Penempatan Kabupaten Manggarai

Ruteng. Aku yakin banyak orang yang masih merasa asing dengan kata “Ruteng”. Dibandingkan dengan Labuhan Bajo, Kota Ruteng kalah pamor daripada Labuhan Bajo yang terkenal dengan tempat  transit sebelum tracking kece di Taman Nasional Komodo. Tapi Ruteng???

Secara umum saya lebih suka Ruteng. Kenapa? Hawa dingin, kabut dingin (Bukan Kabut Asap lohh yaa), udara segar, kesunyian, dan juga tata ruang kota yang lebih rapih dan indah. Puncak musim kemarau adalah titik terdingin kota ini. Kabut dengan indahnya menyapa setiap harinya dan menambah kesejukan kota ini. Kalian bisa bergaya ala Korea disini. Memakai jaket tebal dan syal ala korea. Dan dijamin tidak salah kostum. Banyak sekali dijumpai orang-orang memakai baju tebal. Di kota ini juga banyak dijumpai toko-toko yang menjual baju-baju bekas dari LN. Aku menyebutnya Awul-awul atau bisa juga disebut “Mol” bukan “Mall” loh yaa... Mol alias Molak-Malik. Jadi kamu harus bener-bener teliti saat kamu berencana membeli baju-baju bekas itu.

Pulau Flores #Part 1 "Labuhan Bajo"

Ingatanku hampir memudar, ini tentang bagaimana kesan pertamaku di pulau sejuta bunga “Pulau Flores”. Kesan pertama di Flores??
1.      Panasss
Panasnya Labuhan Bajo…

Gb.  Bandar Udara Labuhan Bajo "28 Agustus 2014
 Gambar di atas diambil setahun yang lalu. Sekarang sudah tidak ada lagi tulisan dan patung komodonya.

Minggu, 12 Juli 2015

Kompor Minyak & Kepompong Satu Tahun


 

 

Lagi-lagi aku bercerita tentang perjalanku yang hampir satu tahun. Bahagia, melelahkan, asyik, bosan, menyenangkan, tapi terkadang juga menyedihkan. Sepertinya.... hahahaha... Juli datang kawan. Satu setengah bulan dari sekarang aku akan berjumpa dengan jawa. Tanah kelahiran yang aku tinggalkan dari 28 Agustus tahun lalu. Merantau satu tahun? Tidak!! Kata om DIKTI ini mengabdi “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.” Mengabdi? Sepertinya... hahaha....

Hari ini aku benar-benar bahagia. Juli benar-benar sudah datang. Akhirnya aku berada dalam akhiir perjalanan panjang satu tahun di Pulau Flores. Perjalanan panjang menjadi “Kepompong Satu Tahunpun” akan segera berakhir. Kepompong Satu Tahun?

Kamis, 25 Juni 2015

Hampir Satu Tahun di Tanah Flores


Angin semakin bertiup kencang. Hawa dingin di tanah ini semakin membekukan hariku. Meski matahari NTT semakin terik, tapi tetap saja aku merasa alam ini semakin beku. Sabana luas nan hijau mulai menampakan warna kecoklatannya. Begitupun air, sungai mulai kehilangan akalnya. Anak-anak dan gligen air mulai menghiasi jalanan. Flores mulai mengering. Ini hampir sama dengan kondisi saat pertama kali saya menginjakan kaki di bumi ini.

Jumat, 27 Maret 2015

Gerhana, ubi, dan senandung dalam kegelapan

Gerhana, Ubi, Kopi dan Senangdung dalam Kegelapan “Kami anak pramuka, pembela keamanan desa” itulah sepenggal senandung dalam gelapnya malam ini. Malam ini Langke Majok dan beberapa daerah di Manggarai di tempa pemadaman. Malam inipun kami hidup dalam damainya dunia. Terdengar suara nyanyian dari beberapa murid SD sedang menyanyikan beberapa lagu Pramuka. Maklum saja, tadi pagi kami ber-4 yang merupakan guru-guru SM3T di desa ini mengisi pramuka di SDK Langke Majok. Suara tersebut memecah keheningan malam. Ditemani bunyi-bunyi dari kayu yang mereka pukul-pukulkan ke kaleng rombeng semakin membah damai malam ini. Seketika kami ber-empat dari guru SM3T mendatangi asal suara itu. Ternyata di tepian jalan, sekitar 100 meter dari tempat tinggal kami. Kumpulan beberapa anak SD dan orang tua mereka. 

Duduk di tepian jalan, api unggun, Bintang, dan Gerhana bulan. Ini benar-benar pengalaman yang luar biasa. Sesampainya di tempat tersebut, kami langsung disambut dengan sapaan hangat dan senyuman ceria dari murid-murid kami. Melihat api, seketika kami tersadar bahwa kami memiliki beberapa ubi pemberian mama tua. Ubi bakar, secangkir kopi, dan juga alunan suara merdu anak SD menyanyikan Lagu Laskar pelangipun semakin menambah kehangatan di dinginnya malam Langke Majok. Sesekali saya menatap langit, berharap gerhana itu tidak cepat berlalu. Satu lagi pengalaman menakjubkan di tempat pengabdian. Kawan lihatlah pengabdian itu menyenangkan (

Senin, 23 Maret 2015

Salam Pramuka, dari Kami di Timur Indonesia


Selamat datang kakak, slamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan.... itulah penggalan lagu sambutan ketika kami membina pramuka di SDK Langke Majok. Sapaan hangat dan wajah ceria penuh semangat mendamaikan hati kami.



 “Selamat siang semuanya” itulah kalimat pertama yang kami ucapkan. Dengan nada ceria nan penuh semangat merekapun menjawab.. “Selamat siang bu”. Selanjutnya kami mengawali dengan perkenalan diri. Kemudian kita berbincang hangat dengan mereka. Seperti umumnya “PRAMUKA” yang pernah saya ikuti, kegiatan ini dimulai dengan tepuk pramuka. Sebagian besar dari siswa kami sudah paham tentang tepuk pramuka ini. jadi tidak ada kendala yang berarti.

Kegiatan selanjutnya adalah memeriksa kerapihan. Kemudian kami menatap satu persatu siswa kami ini. Hati kami teriris miris. Periksa kerapihan? Apanya??? Tiba-tiba kami merasa bersalah telah memerintahkan itu.

               

AKHIRNYA MANGGARAI “NTT” (28 Agustus 2014)


28 Agustus 2014. Saya dan rombongan keluarga telah sampai di Bandara Ahmad Yani Semarang saat adzan subuh belum berkumandang. Kala itu, langit malam kota Semarang cukup cerah. Tidak ada bintang memang, tapi malam itu adalah saksi perjalanan hidupku selanjutnya. Perjalanan panjang telah saya awali sebelumnya. Menempuh perjalanan kurang lebih 200km dari Gombong menuju Semarang. Membelah heningnya malam di jalur tengah Jawa Tengah, mobil rombongan kami melaju dengan lancar.
28 Agustus 2014, sesuatu yang menakjubkan. Berpamitan dengan kedua orang tua dan sanak keluarga terasa mengharukan memang. Sesekali air mata ini jatuh, dan ingin rasanya raga ini tetap memeluk erat mereka. Rasanya ingin sekali membawa serta keluarga dalam perjalanan kehidupanku untuk satu tahun kedepan. Ini akan menjadi kali pertamanya saya meninggalkan keluarga tercinta dalam rentang waktu yang lama. Ya.. satu tahun, tanpa belaian lembut dan kasih sayang nyata dari keluarga. Terasa berat memang, tapi ketika saya melihat sekelompok orang berjaket hitam itu, sedikit-demi sedikit beban sayapun berkurang. Mereka yang berjaket hitam berlogo SM3T itu adalah keluarga saya selanjutnya.

Halaman

Get Code

pop2

pop