Halaman

Tampilkan postingan dengan label curhat q. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat q. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Agustus 2023

KEMBALI


Sudah berapa purnama tak menyapa lembaran ini. Laman yang kuno tapi  masih cukup nyaman untuk merangkai kata. Kembali nyampah sepertinya. Masih pantaskah aku untuk berkeluh kesah disini?

Sudah tahun 2023 dan kini anak gadis itu sudah tumbuh menjadi seorang ibu yang kini sudah berusia 32 tahun. Rasanya baru kemarin aku hidup di usia 23, sebuah angka yang ternyata sekarang posisinya sudah terbalik. 

Dunia sudah berkembang seperti yang pernah aku pikirkan. Tentang sebuah kehidupan di desa yang sejuk, berlatar belakang perbukitan hijau dan mata yang masih termanjakan dengan megahnya Gunung tertinggi di Jawa Tengah. Ini tentu kehidupan yang pernah aku bayangkan ketika remaja. Damai dan menyenangkan. 

Tanpa aku sadari ternyata ini tahun ke-5 ku disini. Aku mulai berdamai dengan segala pergolakan batin tentang ekspektasi kehidupan yang ingin aku jalani. Jalani-jalani dan syukuri. 


Belik, 9 Agustus 2023.  

 

  

Minggu, 19 Juni 2016

JUNI 2015 (Repost)


Hidup adalah serangkaian pilihan. Setelah kita membuka mata di pagi hari, kita mempunyai pilihan yang terbatas. Haruskah aku tidur lagi? Dari kekhawatiran tidak penting seperti itu dengan pilihan penting tentang masa depanku. Juni sudah menyapa. Dan Juni menyapaku dengan berbagai kecemasan, kekhawatiran akan masa depanku. Bagaimana jika nanti..................???? 

Haruskah aku tidur lagi, berharap mimpi menerbangkanku pada masa dimana beban terberatku hanya bagaimana aku bisa bangun pagi dan berangkat kesekolah berseragam putih merah? Haruskah?? Tapi, matahari itu membangunganku dan menyapaku dengan kehangatan. Akankah masa depanku juga secerah dan sehangat pagi ini? Kecemasan tidak pentingpun kini berubah menjadi sangat penting.

Rabu, 15 Juni 2016

Jangan Merindukannya (Repost)

Mentari pagi menyapaku dari balik jendela. Membuka mata dan menarik nafas panjang. Masih ada sisa mimpi semalam yang mengganggu pikiranku. Nampak seperti ada hati yang terluka. Seperti mendapatkan sebuah sihir, ingatanku kembali tentang masa itu.

Merindukannya? Sangat merindukan. Jadi kumohon jangan ijinkan hatiku kembali merindukannya. Ini sangat melelahkan, sama seperti sebuah cinta tak terbalas, dan cinta yang tersampaikan. Jadi kumohon jangan ijinkan aku merindukannya.

Senin, 13 Juni 2016

Emak, Maaf!!


Entah kenapa aku masih sering merasa takut, merasa frustasi, dan merasa bersalah. Setiap hari aku hanya melakukan aktivitas yang sama dan sering aku berpikir ini sia-sia. Meski engkau selalu berkata, dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sia-sia. Yang menjadikan sesuatu itu sia-sia adalah diri kamu sendiri yang menggap remeh semuanya. Tapi entah kenapa aku selalu merasa bahwa beberapa bulan terakhir saya menghabiskan hari-hariku dengan sia-sia, rasanya seperti berjalan di tempat yang sama, dengan tujuan yang sama tapi bahkan langkah-langkah kaki dan goresan tanganku tampak semu.

Menunggu


 Menunggu itu bukan tentang berapa menit, jam, hari, minggu, bulan, atau tahun. Ini hanya tentang kemampuan dan kemauaan saya. Selama saya merasa mampu dan mau, maka lama atau tidaknya itu saya akan tetap menunggu. Menunggu  bukan cara termudah yang dilakukan seorang pejuang atau bahkan pecundang. Mengunggu itu juga bukan cara terbodoh yang dilakukan seseoarang yang tidak mau bekerja keras. Karena menunggu itu tidak mudah.

Senin, 23 Mei 2016

Rabu, 13 Januari 2016

Teman Seperjuangan?

Pagi hari di Bantaran Sungai Siak

 Perjuangan terkadang memang terasa cukup melelahkan, menyebalkan, dan juga terkadang membuat putus asa. Tapi tetap saja masih ada sisi lain dari perjuangan yang nanti akan dirindukan saat kita memutuskan untuk berhenti berjuang, atau memutuskan untuk melanjutkan perjuangan yang berbeda dari sebelumnya. Saat ini aku memang sudah berhenti berjuang dengan beberapa rekanku itu, kami berpisah karena periode ini telah selesai dan kami harus melanjutkan untuk misi kita masing-masing. Dan kini akupun merindukannya.

Selasa, 12 Januari 2016

Bulan Baru Pekanbaru


Senin 1 November 2015. Matahari belum nampak di kota ini. Apakah ini efek kabut asap? Ini merupakan pagi pertamaku di Pekanbaru. Rencananya aku dan rekan yang lain akan berkunjung ke dinas terkait dan mengunjungi beberapa tempat yang akan menjadi sasaran bantuan tenaga dari kami. Menu sarapan pagi ini, aku menyebutnya lontong sayur. Perpaduan lontong, mie, dan kuah santan yang pekat. Suka? Hmmmmmm mungkin belum terbiasa.

Senin, 11 Januari 2016

Akhirnya “Suvarnabhumi”



31 Oktober 2015, Aku memulai perjalanan baru menuju pulau sebrang. Pulau Sumatera, yang dalam bahasa sansekerta bernama “Suwarnadwipa atau Suvarnabhumi” yang berarti pulau emas. Bangsa Eropa menyebut pulau ini sebagai Pulau Sumatera. Yang akhirnya mulai era kedatangan bangsa Eropa nama pulau di utara Pulau Jawa ini disebut sebagai Pulau Sumatera baik secara nasional maupun internasional. Pulau emas, seperti apakah pulau ini? Sebenarnya saya lebih tertarik dengan kebudayaan asli pulau ini.

Minggu, 10 Januari 2016

Pertemuan






  
Aku memutuskan untuk keluar sangkar kembali setelah hampir dua bulan lamanya aku berdiam diri di rumah. Mencari suasana baru. Mencoba melakukan sesuatu yang waktu itu menurutku cukup keren. Menjadi “Relawan”. Kata-kata keren tapi penuh tantangan. Dalam bayanganku aku berada dalam sebuah wilayah gawat darurat bencana, melakukan aksi sosial, membaur dengan masyarakat pribumi dan ya… aktivitas kece lainnya. Tapi ternyata, aku kalah dengan apa yang aku bayangkan. Keadaan yang ada jauh dari apa yang aku khayalkan. Hmmm semacam kecewa? Mungkin iyaa… Aku tidak akan membahas cerita tentang menjadi relawan itu. Tapi sisi lain dari sebuah kegiatan relawan. Sebuah “Pertemuan”.

Jumat, 16 Oktober 2015

13:46 "Mianhamnida"


Minhamnida, maaf, sorry. Untuk beberapa hal aku perlu mengatakan itu. Entah angin apa yang tiba-tiba membawa api dan membakar perasaanku pagi ini. Ada sesuatu yang mengganjal dan harus aku ungkapkan. Mungkin aku sering mengatakan aku baik-baik saja, lebih tepatnya terlalu sering. Aku berbohong, iyaa.. Ada perasaan yang ingin aku jaga, ada rahasia yang belum saatnya diungkapkan. 

Tentu saja aku merasa bersalah setelah kebohongan itu, tapi lagi-lagi ada perasaan yang ingin aku jaga. Aku hanya tidak ingin anda mengetahui lebih banyak dari porsi yang menurutku sudah cukup. Hanya tidak ingin menjadikanku terlalu terbiasa dan nyaman saat aku masih menyebutmu kamu. Dan "kami dan kita" saja belum memulai.

Perasaan siapa yang ingin aku jaga? tentu saja perasaanku. Aku hanya bertanya-tanya, bagaimana jika kemudian aku dan kamu menjadi tidak nyaman satu sama lain? Tidakkah aku kecewa? Tentu saja!!! Aku membenci ketidak nyamanan. Tapi tetap saja menjadi jujur adalah hal yang paling sulit yang bisa aku lakukan. Aku selalu menjadi kaku untuk urusan asa dan rasa. Terkadang untuk sekedar bermimpipun enggan. 

Senin, 28 September 2015

Anti Sosial (Embuh)



Aku pikir sifat anti sosialku semakin akut. Kenapa aku begitu takut bertemu dunia luar? Semakin hari ada kekuatan yang membuatku tetap tertahan di ruang sempit ini. Ini bukan ruang yang nyaman, bahkan tidak ada kenyamanan sama sekali. Aku terdiam seolah hidupku damai. Tapi otakku masih tidak bisa berdamai dengan dengan hidupku ini.

Ketakutan sosialku semakin tinggi, bahkan aku tidak berani untuk sekedar menyapa orang-orang yang dulu aku kenal. Ada beban sosial yang teramat sangat yang mengganjal pikiranku. Langkahku selalu tertahan. Dan kegiatankupun jauh dari kata berguna.

Aku telah tumbuh menjadi Retno Ristianingrum yang berusia 24 tahun dan telah menyelesaikan study strata satu ku. Bahkan aku telah mampu berjalan jauh sampai di Flores sana. Tapi kenapa aku masih jauh dari kata dewasa? Aku pikir ini bukan lagi saatnya bagiku hanya berorientasi pada mimpi yang tidak masuk akal. Aku sudah memutuskan menyerah terhadap impianku semenjaka aku menulis “Retno Ristianingrum, mau jadi apa kamu”.

Minggu, 27 September 2015

Pulau Flores #Part 5 "TERIMA KASIH SMP NEGERI 6 SATARMESE"

SMP Negeri 6 Satarmese
Setelah satu bulan berlalu, akhirnya aku beranikan diri untuk menulis ini. Tentu ada rasa takut, sungkat, dan juga rindu yang menggebu ketika aku menuliskan ini. Menjadi bagian dari keluarga besar SMP Negeri 6 Satarmese adalah kebahagiaan yang luar biasa. Sebuah takdir dan pengalaman luar biasa yang pernah saya alami. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur dan juga maaf untuk satu tahun kebersamaan.
Siswa Menuruni bukit menuju sekolah
medan paling terjal
Aku masih mengingat jelas  langkah kaki pertama SMP Negeri 6 Satarmese pada tanggal 29 Agustus 2014 yang lalu. Menuruni bukit selama 30 menit jalan kaki dari perempatan Langke Majok sampai di SMPN6 adalah awal dari pengalaman yang menakjubkan. Pagi itu begitu dingin, langkahku  nampak begitu pelan dibandingkan dengan semangat calon anak didiku itu. Aku masih mengingat jelas nama siswa yang pertama kali aku ajak berkenalan. Siswa kelas VIII D yang ternyata memiliki nama yang sama denganku “Retno”. Sambil bertanya banyak hal aku dan segerombolan siswa kelas VIII berjalan menuju sekolah. Berkali-kali aku bertanya apakah SMP nya masih jauh? Mereka menjawabnya “tidak ibu”. Tapi menurutku aku sudah berjalan sangat jauh.

Sabtu, 26 September 2015

Pulau Flores #Part 4 "Langke Majok“ (Keluarga Om Pius)

@Bandara Ruteng.. Edisi Alen berangkat ke Kupang

Keluarga Om Pius. Aku merasa menjadi bagian dari keluarga ini meski kami menyembah Tuhan dengan nama dan cara yang berbeda. Dan aku yakin tiga orang teman seperjuanganku pun merasakan hal yang sama. Melebur menjadi keluarga. Kami hidup bersama di keluarga ini selama satu tahun. Keluarga yang luar biasa, semacam keluarga musisi. Seluruh anggota keluarganya bersuara merdu.

Om Pius, dia merupakan bapak bagi kami ber-empat, dan sering sekali kami merepotkan si om. “Om, bisa antar kami ke Ruteng om?”. Dengan mobil kebanggaan AKPP kami berempatpun menuju Ruteng dan memborong sembako sebagai bekal hidup di Langke Majok. Mobil Pik up milik om pius tercatat pernah mengantar kami ke Pantai Nangawoja di hari ketiga kami di desa ini. Ke Ruteng? Entah berapa kali, yang jelas berkali-kali. Ke Mowol,  ketika kami sedang melaksanakan program kerja di SMP Satap Mowol. Ke embung dan bakaran ayam atau hanya sekedar pergi ke kebun milik Om Pius, memanen jagung dan rambutan. Perjalanan malam hari, pesta? Siapa takut, ada om yang selalu menjaga kami, jadi kami aman. Terima Kasih Om Pius, telah menjadi ayah yang sangat baik selama setahun. Semoga sehat selalu.

Jumat, 25 September 2015

PULAU FLORES #PART 3 "LANGKE MAJOK (Mencoba Tumbuh Menjadi Keluarga #AKPP)"


Terima Kasih DIKTI, dengan programmu aku bisa menikmati sunyinya “Langke Majok”. 29 Agustus 2014, pertama kalinya aku menginjakkan kaki di desa ini. Desa yang dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Langke Majok merupakan salah satu kawasan di Desa Nao, Kecamatan Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai. Desa yang asri, sunyi, sejuk, dan ramah. Lokasinya tidak jauh dari Kota Ruteng, cukup satu jam. Dan desa ini juga berada di jalur utama menuju tempat wisata adat, Kampung Adat Todo, dan juga Kampung Waerebo.

Per-29 Agustus 2014 sampai dengan 20 Agustus 2015, saya ditakdirkan menjadi Anak Kos NTT yang ceritanya lagi jadi ibu guru yang mengabdi di daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal. hahahahaa Mengabdi katanya.... tapi menurutku hanya sekedar menjalankan tugas. Semacam tugas kenegaraan dalam bahasa kerennya. Hahahaha

Satu tahun menjadi anak kos NTT. Aku dan teman seperjuangan, sebut saja Yayu Niu, Yayu Shinta, dan Yayu Anis hidup di sebuah rumah milik keluarga “Om Pius”. Kami menyewa dua kamar. Dan patner tidurku satu tahun saat itu adalah Yayu Shinta. Kami berasal dari LPTK yang sama, UNNES. Anak Semarang ceritanya, tapi asal kelahiran kami berbeda, tapi tetap satu rumpun yaitu rumpun NGAPAK.

Kamis, 24 September 2015

Pulau Flores #Part "2 Ruteng (KOTA)"

SM3T Unnes Angkatan IV Penempatan Kabupaten Manggarai

Ruteng. Aku yakin banyak orang yang masih merasa asing dengan kata “Ruteng”. Dibandingkan dengan Labuhan Bajo, Kota Ruteng kalah pamor daripada Labuhan Bajo yang terkenal dengan tempat  transit sebelum tracking kece di Taman Nasional Komodo. Tapi Ruteng???

Secara umum saya lebih suka Ruteng. Kenapa? Hawa dingin, kabut dingin (Bukan Kabut Asap lohh yaa), udara segar, kesunyian, dan juga tata ruang kota yang lebih rapih dan indah. Puncak musim kemarau adalah titik terdingin kota ini. Kabut dengan indahnya menyapa setiap harinya dan menambah kesejukan kota ini. Kalian bisa bergaya ala Korea disini. Memakai jaket tebal dan syal ala korea. Dan dijamin tidak salah kostum. Banyak sekali dijumpai orang-orang memakai baju tebal. Di kota ini juga banyak dijumpai toko-toko yang menjual baju-baju bekas dari LN. Aku menyebutnya Awul-awul atau bisa juga disebut “Mol” bukan “Mall” loh yaa... Mol alias Molak-Malik. Jadi kamu harus bener-bener teliti saat kamu berencana membeli baju-baju bekas itu.

Pulau Flores #Part 1 "Labuhan Bajo"

Ingatanku hampir memudar, ini tentang bagaimana kesan pertamaku di pulau sejuta bunga “Pulau Flores”. Kesan pertama di Flores??
1.      Panasss
Panasnya Labuhan Bajo…

Gb.  Bandar Udara Labuhan Bajo "28 Agustus 2014
 Gambar di atas diambil setahun yang lalu. Sekarang sudah tidak ada lagi tulisan dan patung komodonya.

Selasa, 22 September 2015

Musim Telah Kembali


Mungkinkah ini akhir dari mimpi panjang di musim panas? Ada sesuatu yang hilang dan meninggalkan luka? Sampai saat ini aku masih mengingat mimpi itu, dan terkadang akupun masih memeluk erat mimpi itu. Bagaimana tidak, kami tumbuh bersama selama semusim itu. Kami tumbuh dari rasa asing dan canggung satu sama lain. Tumbuh dan berkembang menjadi begitu hangat. Berbagi cerita cinta, kehidupan, perpisahan, dan juga persahabatan dan angan. Sungguh sangat nyaman.

Kemudian, hari-hari berlalu dan musim kembali seperti pertama kali kita dipertemukan. Musim ini kembali dan membawa angin yang membuat kami kembali menjadi asing satu sama lain. Perlahan menjadi canggung, bahkan untuk sekedar saling menyapa.

Kini, saat ikatan melemah, keakraban merapuh, salam dan kebersamaan terasa hampir nihil. Maka yang tersiksa adalah kerinduan. Dan sungguh aku merindukanmu. Bogosipoyeo…

Senin, 21 September 2015

Jangan Merindukannya


Mentari pagi menyapaku dari balik jendela. Membuka mata dan menarik nafas panjang. Masih ada sisa mimpi semalam yang mengganggu pikiranku. Nampak seperti ada hati yang terluka. Seperti mendapatkan sebuah sihir, ingatanku kembali tentang masa itu.

Merindukannya? Sangat merindukan. Jadi kumohon jangan ijinkan hatiku kembali merindukannya. Ini sangat melelahkan, sama seperti sebuah cinta tak terbalas, dan cinta yang tersampaikan. Jadi kumohon jangan ijinkan aku merindukannya.

Senin, 14 September 2015

Alasan Kenapa Aku Harus Hidup


Menanti apa yang seharusnya dinanti. Berkata apa yang suharusnya ingin dikatakan. Menjawab apa yang telah dipertanyakan. Dunia ini masih penuh dengan ketidak pastian. Seseorang yang dekat denganmu hari ini pun belum tentu menjadi bagian dari cerita di masa depanmu. Seseorang yang berjasa dan tampak sangat dekat dikehidupan mu cukup lama pun mungkin akan bernasib sama. Perlahan menghilang seperti buih.

Seseorang dengan kisah terlamapun bisa saja menghilang tanpa jejak. Terkikis oleh angin, tertimbun oleh debu, dan di hapus oleh air hujan. Kehidupan… sampai saat ini aku benar-benar tidak tahu makna di balik kata itu. Sampai saat ini aku masih mengartikannya sebagai proses. Sesuatu yang berlangsung terus menerus. Tidak ada akhir, sekalipun aku telah mencoba mengakiri. Saling terikat, meski berkali-kali terputus oleh suatu hal.

Halaman

Get Code

pop2

pop