Kau tahu ada kehidupan yang benar-benar ingin sekali aku ulang?
Hmmm masa SD, sebuah periode waktu dimana beban terberatku hanya sebagtas
mendapatkan nilai baik saat ulangan dan ujian. Saat ini aku telah menginjak 25
th. Suatu umur yang banyak disebut sebagai “Dewasa”. Tentu saja akarena aku
sekarang bukan lagi remaja apa lagi anak-anak. Lalu, sudahkah aku dewasa?
Aku belum mampu menjawab pertanyaan itu. Terkadang aku
menganggap diriku ini telah dewasa. Ada banyak sisi sehingga aku menyebut
diriku sendiri telah dewasa. Tapi disisi lain dari diriku aku benar-benar masih
mempertahankan sisi manja anak-anak remaja. Bukan karena aku memperthankan sisi
itu. Hanya saja tanpa sadar sisi itu tetap diam dan enggan beranjak dari diriku
saat ini.
Aku menghargai sebuah peroses tumbuh. Bagaimana seseorang itu
tumbuh dan hidup menjadi orang-orang hebat. Aku benar-benar menginginkan aku
bisa menjalani kehidupan yang seperti itu. tapi pada kenyataannya kehidupanku
itu tidak seperti orang-orang itu. seringkali kehidupan yang aku jalani saat
ini hanya dibumbui oleh rasa ini itu tanpa aksi dan realisasi. Kehidupanku
hanya sekedar memandang sisi enak dari kehidupan seseorang dan membandingkannya
dengan kehidupanku. Sering sekali aku menyimpulkan bahwa kehidupanku pahit dan
kehidupan orang-orang itu terlihat sangat manis. Rasa iri ini lebih dominan
dari apapun.
Kau tahu aku ini sangat rakus? Aku benar-benar tidak mengerti
kenapa aku hidup seperti ini. Kehidupanku masih saja disibukan dengan melihat
sisi lain dari kehidupan seseorang di sekitarku. Kau tahu apa artinya? Kau
benar! Aku tidak pernah melihat sisi lain dari kehidupanku. Aku hanya melihat
dari mata dan mematenkannya di hati. Aku melihat secara nyata, kemudian aku iri
dengan segala pencapaian dan tindak-tanduk orang di sekitarku. Aku hanya sibuk
membandingkan kehidupanku dengan kehidupan orang lain. Dan kau tahu hasil
besar apa yang aku dapatkan? Rasa iri, tidak puas, putus asa, dan kau tahu
berakhir seperti apa? Depresi akut!
Pertumbuhan menjadi dewasa aku lalui dengan banyak sekali realita
kehidupan yang sebenarnya muncul karena pikiranku sendiri. bertengkar lalu
berbaikan, dingin membeku kemudian mencair dengan deraian air mata. Dan yang
paling kejam adalah “aku selalu memposisikan diriku menjadi bagian paling
teraniaanya!
Entah berapa orang yang telah menangis karena sikapku. Entah
berapa kali hubungan pertemanan yang mendingin karena sikapku. Terkadang aku
sadar kenapa aku bersikap seperti ini. Tapi tragisnya aku bahkan tidak ada
waktu untuk menyalahkan diriku sendiri !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar