Entah kenapa aku masih sering
merasa takut, merasa frustasi, dan merasa bersalah. Setiap hari aku hanya melakukan
aktivitas yang sama dan sering aku berpikir ini sia-sia. Meski engkau selalu
berkata, dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sia-sia. Yang menjadikan
sesuatu itu sia-sia adalah diri kamu sendiri yang menggap remeh semuanya. Tapi
entah kenapa aku selalu merasa bahwa beberapa bulan terakhir saya menghabiskan
hari-hariku dengan sia-sia, rasanya seperti berjalan di tempat yang sama, dengan
tujuan yang sama tapi bahkan langkah-langkah kaki dan goresan tanganku tampak
semu.
Emak, perjalananku masih saja dihadang dengan
kerikil-kerikil yang lumayan tajam yang masih saja menahan langkahku. Maaf, anakmu
ini belum mampu untuk berjalan cepat apalagi untuk berlari. Maafkan anakmu yang belum bisa memberikan kepastian
apapun tentang kapan aku bisa melewati jalan ini dan mempersembahkan secercah
kebahagian untukmu.
Emak, maaf jika setiap malam anakmu
ini masih saja menangisi kenyataan kehidupan yangs sedang dilalui. Kenyataan
bahwa anakmu ini masih saja berjalan lambat, masih belum mampu untuk melangkah
lebih seperti teman-teman saya yang lain. Dan maaf jika anakmu masih
mengecewakanmu, maaf jika kenyataan ini menyakitkan perasaanmu. Maaf jika saya
masih saja menangis. Maaf jika saya
belum bisa menjadi putri sulungmu yang dewasa dan tegar. Saya masih saja goyah.
Seseorang pernah mengatakan “
semakin tinggi suatu pohon, maka semakin kencang angin yang akan meniupnya”
apakah ini berlaku untukku juga?? Kenyataan bahwa posisi saya berdiri saat ini
tidaklah tinggi, tapi kenapa angin itu sudah berhembus dengan kerasnya dan
mengggoyahkan langkahku?? Angin itu menumbangkan semangat-semangatku, dan
membuat selalu membuatku menangis.
Ibu, malam ini masih sama seperti
malam-malam biasanya, saat tengah malam datang, aku terjaga dan melaluinya
sendiri. Di saat itupula saya merenung dan entah kenapa angin itu kembali
berhembus dan membuat mata saya kembali berair. Malam ini saya tidak menangis, ini
hanya karena angin yang berhembus itu yang membuat mata saya masih saja berair.
Ini bukan karena saya sedih, tapi angin ini masih tetap berhembus sehingga mata
saya berair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar