Kau tahu ada kehidupan yang benar-benar ingin
sekali aku ulang? Hmmm masa SD, sebuah periode waktu dimana beban terberatku
hanya sebagtas mendapatkan nilai baik saat ulangan dan ujian. Saat ini aku
telah menginjak 24 th. Suatu umur yang banyak disebut sebagai “Dewasa”. Tentu
saja akarena aku sekarang bukanlagi remaja apa lagi anak-anak. Lalu, sudahkah
aku dewasa?
Aku belum mampu menjawab pertanyaan itu. Terkadang
aku menganggap diriku ini telah dewasa. Bagaimana tidak, saat ini bahkan aku
telah melakukan sebuah perjalanan jauh yang cukup melelahkan selama satu tahun
ini. Flores, sebuah pulau yang terbentang jauh dan sangat jauh dari tanah jawa.
Ada banyak sisi sehingga aku menyebut diriku sendiri telah dewasa. Tapi disisi
lain dari diriku aku benar-benar masih mempertahankan sisi manja anak-anak
remaja. Bukan karena aku memperthankan sisi itu. Hanya saja tanpa sadar sisi
itu tetap diam dan enggan beranjak dari diriku saat ini.
Aku menghargai sebuah peroses tumbuh. Bagaimana
seseorang itu tumbuh dan hidup menjadi orang-orang hebat. Aku benar-benar
menginginkan aku bisa menjalani kehidupan yang seperti itu. tapi pada
kenyataannya kehidupanku itu tidak seperti orang-orang itu. seringkali
kehidupan yang aku jalani saat ini hanya dibumbui oleh rasa ini itu tanpa aksi
dan realisasi. Kehidupanku hanya sekedar memandang sisi enak dari kehidupan
seseorang dan membandingkannya dengan kehidupanku. Sering sekali aku
menyimpulkan bahwa kehidupanku pahit dan kehidupan orang-orang itu terlihat
sangat manis. Rasa iri ini lebih dominan dari apapun.
Kau tahu aku ini sangat rakus? Aku benar-benar
tidak mengerti kenapa aku hidup seperti ini. Kehidupanku masih saja disibukan
dengan melihat sisi lain dari kehidupan seseorang di sekitarku. Kau tahu apa
artinya? Kau benar! Aku tidak pernah melihat sisi lain dari kehidupanku. Aku
hanya melihat dari mata dan mematenkannya di hati. Aku melihat secara nyata,
kemudian aku iri dengan segala pencapaian dan tindak-tanduk orang di sekitarku.
Aku hanya sibuk membandingkan kehidupanku dengan kehidupan orang lain. Dan kau
tahu hasil besar apa yang aku dapatkan? Rasa iri, tidak puas, putus asa,
dan kau tahu berakhir seperti apa? Depresi akut!
Pertumbuhan menjadi dewasa aku lalui dengan banyak
sekali realita kehidupan yang sebenarnya muncul karena pikiranku sendiri.
bertengkar lalu berbaikan, dingin membeku kemudian mencair dengan deraian air
mata. Dan yang paling kejam adalah “aku selalu memposisikan diriku menjadi
bagian paling teraniaanya!
Entah berapa orang yang telah menangis karena
sikapku. Entah berapa kali hubungan pertemanan yang mendingin karena sikapku.
Terkadang aku sadar kenapa aku bersikap seperti ini. Tapi tragisnya aku bahkan
tidak ada waktu untuk menyalahkan diriku sendiri !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar