Halaman

Kamis, 25 Juni 2015

Hampir Satu Tahun di Tanah Flores


Angin semakin bertiup kencang. Hawa dingin di tanah ini semakin membekukan hariku. Meski matahari NTT semakin terik, tapi tetap saja aku merasa alam ini semakin beku. Sabana luas nan hijau mulai menampakan warna kecoklatannya. Begitupun air, sungai mulai kehilangan akalnya. Anak-anak dan gligen air mulai menghiasi jalanan. Flores mulai mengering. Ini hampir sama dengan kondisi saat pertama kali saya menginjakan kaki di bumi ini.

Juni 2015, Ramadhan menyapaku di sini. Ramadhan dengan segala keterbatasan yang teramat sangat. Keterbatasan? Tentu saja. Kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari Ramadhan sebelum-sebelumnya. Suara Adzan langsung dari masjidpun hingga ramadan hari ke-7 tidak pernah saya dengar. Selama ini aku hanya mengandalkan penanda waktu sholat yang terinstal di hp. Lalu bagaimana dengan tarawih? Tentu saja saya tidak meninggalkannya. Teman-teman laki-lakilah yang menjadi imam sholat tarawih kami. Dan kau tau? Aku juga merindukan tahu dan tempe. Sepertinya dua makanan itu kini menghilang dari peredaran. Benar saja, si penjual telah kembali ke tanah jawa. Sepertinya ini akan menjadi satu bulanku tanpa makanan favoritku itu.










Ramadhan kali ini benar-benar berkesan. Tanah ini benar-benar berbeda dengan tanah jawa. Apakah kamu pernah berburu di jaman moderen? Kemarin kami melakukannya. Awalnya saya dan teman seperjuangan hanya berniat berburu sun rise di pantai selatan, sambil menitipkan salam rinduku untuk keluargaku di bagian selatan jawa tengah. Tapi ternyata perburuan kami tidak berhenti sampai disitu. Kami melanjutkan perjalanan menyusuri alam yang menakjubkan di Mangarai ini. Alhasil kami berburu pete cina, asam, dan ikan di alam bebas. Hasil itu kami ramu menjadi menu berbuka puasa.   

Alam di sini benar-benar indah. Hanya saja jalanan rusak, berbatu, dan berkelok seringkali membuat kami enggan untuk beranjak menikmati alam ini. Alam di sini juga cukup banyak memberikan kami bekal untuk hidup. Sayuran, buah, dan ikan masih bisa dengan mudah di jumpai di sana sini. Tapi tetap saja, aku masih menginginkan Jawa. Aku merindukannya, benar-benar merindukannya. Jawa dengan segala kelengkapan yang ada. Keluarga, sahabat, dan juga segala sisi moderen dan suara-suara adzan dari masjid-masjid yang dengan mudahnya di jangkau. Aku sadar, saat aku nantinya telah hidup di jawa lagi akupun akan merindukan tempat ini. Tanah Flores dengan segala eksotika dan keterbatasan yang akan aku rindukan. Keluarga dan pengalaman yang menakjubkan. Dan juga kebersamaan tanpa batas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman

Get Code

pop2

pop