Halaman

Minggu, 12 Juli 2015

Kompor Minyak & Kepompong Satu Tahun


 

 

Lagi-lagi aku bercerita tentang perjalanku yang hampir satu tahun. Bahagia, melelahkan, asyik, bosan, menyenangkan, tapi terkadang juga menyedihkan. Sepertinya.... hahahaha... Juli datang kawan. Satu setengah bulan dari sekarang aku akan berjumpa dengan jawa. Tanah kelahiran yang aku tinggalkan dari 28 Agustus tahun lalu. Merantau satu tahun? Tidak!! Kata om DIKTI ini mengabdi “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.” Mengabdi? Sepertinya... hahaha....

Hari ini aku benar-benar bahagia. Juli benar-benar sudah datang. Akhirnya aku berada dalam akhiir perjalanan panjang satu tahun di Pulau Flores. Perjalanan panjang menjadi “Kepompong Satu Tahunpun” akan segera berakhir. Kepompong Satu Tahun?

Tidur bealaskan kasur sederhana dan membungkus tubuhku dengan Kantong Kepompong. Thank Rian... kepompong ini cukup menghangatkanku selama satu tahun ini. Akhirnya aku akan segera melepaskanmu, kopompong yang hangat... J

Hei kompor minyak, bolehkan aku berdoa “semoga kita tidak berjumpa lagi” aahhahahaa. Jahat!!! Sepertinya memang benar!.  Aku lelah dengan aroma minyak tanah di bajuku dan jilbabku saat aku harus membuat makanan penyambung kehidupan. Agustus nanti aku akan mengucapkan selamat tingga kompor “Hock” kebanggaan masyarakat timur Indonesia yang belum menikmati subsidi Gas LPG.

Haruskah aku juga mengucapkan selamat tinggal kepada Jligen-jligen air? Mungkin tidak, aku tidak pernah menimba air dengan jligen kehidupan itu. Hidupku memang sedikit lebih baik, air melimpah dan bisa kamu nikmati hanya dengan mutar kran2 air. Bagaimana dengan pucuk labu dan daun singkong? Sepertinya aku juga jarang sekali memakan itu. Meski pucuk labu dan daun singkong adalah makanan andalan di tempatku mengabdi, tapi aku hanya menikmatinya beberapa kali saja. Sedikit lebih baik memang, di belakang rumah ada banyak sayur. Aku bisa menikmati kangkung, caysin, bayam, kubis, labu siam, terong, daun singkong, kemangi, dan juga cabai. Terkadang halaman belakang rumah menyediakan itu semua. Tapi kini, di ujung pengabdianku hanya tersisa kangkung yang mulai punah, cabai yang mulai kehilangan akalnya untuk hidup. Semuanya mengering bersama gersangnya alam  ini.

Jadi sejauh ini aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal kompor minyak dan mari segera kita akhiri perjalanan satu tahun menjadi kepompong.  J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman

Get Code

pop2

pop