Lagi-lagi
aku bercerita tentang perjalanku yang hampir satu tahun. Bahagia, melelahkan,
asyik, bosan, menyenangkan, tapi terkadang juga menyedihkan. Sepertinya....
hahahaha... Juli datang kawan. Satu setengah bulan dari sekarang aku akan
berjumpa dengan jawa. Tanah kelahiran yang aku tinggalkan dari 28 Agustus tahun
lalu. Merantau satu tahun? Tidak!! Kata om DIKTI ini mengabdi “Maju Bersama
Mencerdaskan Indonesia.” Mengabdi? Sepertinya... hahaha....
Hari
ini aku benar-benar bahagia. Juli benar-benar sudah datang. Akhirnya aku berada
dalam akhiir perjalanan panjang satu tahun di Pulau Flores. Perjalanan panjang
menjadi “Kepompong Satu Tahunpun” akan segera berakhir. Kepompong Satu Tahun?
Tidur
bealaskan kasur sederhana dan membungkus tubuhku dengan Kantong Kepompong.
Thank Rian... kepompong ini cukup menghangatkanku selama satu tahun ini.
Akhirnya aku akan segera melepaskanmu, kopompong yang hangat... J
Hei
kompor minyak, bolehkan aku berdoa “semoga kita tidak berjumpa lagi”
aahhahahaa. Jahat!!! Sepertinya memang benar!. Aku lelah dengan aroma minyak tanah di bajuku
dan jilbabku saat aku harus membuat makanan penyambung kehidupan. Agustus nanti
aku akan mengucapkan selamat tingga kompor “Hock” kebanggaan masyarakat timur
Indonesia yang belum menikmati subsidi Gas LPG.
Haruskah
aku juga mengucapkan selamat tinggal kepada Jligen-jligen air? Mungkin tidak,
aku tidak pernah menimba air dengan jligen kehidupan itu. Hidupku memang
sedikit lebih baik, air melimpah dan bisa kamu nikmati hanya dengan mutar kran2
air. Bagaimana dengan pucuk labu dan daun singkong? Sepertinya aku juga jarang
sekali memakan itu. Meski pucuk labu dan daun singkong adalah makanan andalan
di tempatku mengabdi, tapi aku hanya menikmatinya beberapa kali saja. Sedikit
lebih baik memang, di belakang rumah ada banyak sayur. Aku bisa menikmati
kangkung, caysin, bayam, kubis, labu siam, terong, daun singkong, kemangi, dan
juga cabai. Terkadang halaman belakang rumah menyediakan itu semua. Tapi kini,
di ujung pengabdianku hanya tersisa kangkung yang mulai punah, cabai yang mulai
kehilangan akalnya untuk hidup. Semuanya mengering bersama gersangnya alam ini.
Jadi
sejauh ini aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal kompor minyak dan mari segera kita akhiri perjalanan satu tahun menjadi kepompong. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar