Halaman

Kamis, 25 Juni 2015

Hampir Satu Tahun di Tanah Flores


Angin semakin bertiup kencang. Hawa dingin di tanah ini semakin membekukan hariku. Meski matahari NTT semakin terik, tapi tetap saja aku merasa alam ini semakin beku. Sabana luas nan hijau mulai menampakan warna kecoklatannya. Begitupun air, sungai mulai kehilangan akalnya. Anak-anak dan gligen air mulai menghiasi jalanan. Flores mulai mengering. Ini hampir sama dengan kondisi saat pertama kali saya menginjakan kaki di bumi ini.

Depresi Tingkat Tinggi


Kau tahu ada kehidupan yang benar-benar ingin sekali aku ulang? Hmmm masa SD, sebuah periode waktu dimana beban terberatku hanya sebagtas mendapatkan nilai baik saat ulangan dan ujian. Saat ini aku telah menginjak 24 th. Suatu umur yang banyak disebut sebagai “Dewasa”. Tentu saja akarena aku sekarang bukanlagi remaja apa lagi anak-anak. Lalu, sudahkah aku dewasa?

Aku belum mampu menjawab pertanyaan itu. Terkadang aku menganggap diriku ini telah dewasa. Bagaimana tidak, saat ini bahkan aku telah melakukan sebuah perjalanan jauh yang cukup melelahkan selama satu tahun ini. Flores, sebuah pulau yang terbentang jauh dan sangat jauh dari tanah jawa. Ada banyak sisi sehingga aku menyebut diriku sendiri telah dewasa. Tapi disisi lain dari diriku aku benar-benar masih mempertahankan sisi manja anak-anak remaja. Bukan karena aku memperthankan sisi itu. Hanya saja tanpa sadar sisi itu tetap diam dan enggan beranjak dari diriku saat ini.

KATA DRAMA SIH....

Hai. Kau tau dibelahan bumi ini ada pepatah "cinta dimulai dari sebuah pertimbangan". Aku pikir aku meng-iyakannya. Kau tahu kenapa?
Tentu.  karena aku berpikir seperti itu. Cinta. Saat dulu aku remaja cinta itu sangat sederhana. Cukup karena aku suka dengan dia, hanya itu saja. Tidak ada kesempurnaan, tidak berpikir bagaimana kita harus bersama. Cinta tak beralasan. Aku hanya mencintainya karena dia itu orangnya. Tidak peduli dia ganteng, pintar, kaya, atau apalah. Cukup karena cinta itu dia. Bahkan bisa juga, meski tanpa ada komunikasi, berbicara 5 menit dalam satu tahunpun tidak pernah. Tapi itu tetap saja bernama cinta. Mungkin juga Cinta pertama  yang tidak terbalas.
Tapi tetap saja itu cinta. Cinta pertama yang akan dikenang selama hidup. Lalu bagaimana dengan cintamu sekarang?

Jungkat-jungkit


Aku pikir, aku bisa berpura-pura melupakan semuanya dan  berpura-pura tidak merindukan siapapun. Sering sekali aku hidup dengan perasaan acuh dengan apa yang ada dalam hatiku.  Melakukan segala sesuatunya sendiri. mengambil keputusan yang jauh dari kata pertimbangkan. Hidupku hanya sebatas bagaimana aku saat ini, seraya berharap kehidupanku kelak akan baik-baik saja dan bahagia.
Seseroang dari kehidupanku di masalalu mengatakan, “ada dua hal yang harus kau lakukan agar kau hidup bahagia: meminta maaf dan juga memaafkan dengan tulus”. Hanya itu dan aku telah menycobanya. Ini benar, karena saat kau tidak bisa memaafkan seseorang, pasti ada perasaan yang tertahan dalam hatimu dan itu akan membuatmu menderita. Dan aku yakin seseorang tidak akan bahagia, jika masih saja hidup dengan perasaan bersalah. Jadi aku pikir  benar jika kebagaiaan itu tentang dua hal: meninta maaf dan juga memaafkan.

Halaman

Get Code

pop2

pop