Halaman

Rabu, 20 November 2013

Teman-Temanku Terseleksi oleh ALAM


Semua orang pasti akan menghilang seperti buih. Hukum alam meman sangat kejam. Hukum yang ditentukan oleh alam lebih kejam dari tuntutan Jaksa dan juga seorang eksekutor. Mereka yang tersisa di alam bukan berarti mereka yang kuat, terkadang mereka yang lemah justru masih tetap dipertahankan oleh alam. Alam tidak memiliki peraturan yang pasti dalam menyeleksi penghuninya.

2013, saya tumbuh menjadi Retno Ristianingrum yang berusia 22 tahun. Dan diusia itu saya masih menyandang status sebagai mahasiswa dan pengangguran. Di usia itu saya telah berjumpa dan berteman dengan banyak orang. Saya menghabiskan 2 tahun di taman bermain dan 16 tahun dari usiaku untuk menempuh jenjang pendidikan, dan saya juga belum lulus. Saya telah menjalin banyak pertemanan dangkal dan sedikit pertemanan dalam.

Saat saya meruntut kembali menjadi Retno kecil, saat dimana saya TK dan SD, saya juga mempunyai banyak teman saat itu. Tapi saat ini saya tersadar, “Masihkah saya berteman dengan mereka”???  Saat saya masih menjadi Retno Ristianingrum yang duduk di bangku TK dan juga SD, saya masih berteman dengan mereka, dan sekarang  ketika saya telah menjadi Retno Ristianingrum yang berusia 22 tahun, ternyata saya tidak lagi berteman dengan sebagian besar dari mereka. Ya... mereka terseleksi oleh alam, dan saat ini saya hanya sebeatas penah mengenalnya dan mungkin hanya bisa menyapanya. Saat ini saya tidak memiliki pertemanan yang dalam dengan mereka seperti saat kita masih menjadi anak-anak ingusan yang masih menikmati hidup dengan polos.


Kita memang tidak tumbuh menjadi orang-orang dewasa yang saling bermusuhan, tapi pertemanan itu ternyata semakin memudar dan yang tersisa hanya sekedar pernah mengenalnya. Pertemanan itu mungkin pernah sangat dalam, lebih dari 6 tahun saya berteman dengan mereka, tapi ketika waktu terus berlalu, dan tuntutan kehidupan juga berubah, kedalaman pertemanan kita juga semakin dangkal dan menghilang begitu saja. Tapi satu hal yang saya ketahui, “bahkan ketika pertemanan itu telang memudar dan hampir menghilang, ketika saya mencoba mengingatnya kembali, saya merasa bahagia”. Terima kasih teman, untuk pengalaman dan kenangan itu.

Ketika pertemanan itu berlalu, teman-teman baru juga mulai muncul. Pertemanan yang telah berlalu itu tidak sepenuhnya menghilang, beberapa dari mereka yang tidak terseleksi oleh alam, akan menjadi bagian dalam pertemanan saya selanjutnya. Saat saya duduk di bangku SMP, beberapa teman dari masa TK dan SD juga masih menjadi bagian dari pertemanan saya selanjutnya. Tapi pertemanan saat SMP juga akan bernasib serupa seperti saat TK dan SD, mereka kembali terseleksi dan terganti dengan pertemanan saat SMA. Beberapa teman dari masa saya TK, SD, dan SMP mungkin masih ada yang menjadi begian dari pertemanan yang ada saat SMA, tapi hanya sedikit dari mereka, tidakkkk itu sangat sedikit.

Seleksi alam terhadap teman-teman yang kita miliki memang sangat kejam. Pertemanan dangkal dan juga pertemanan yang dalam akan menghilang begitu saja ketika waktu terus berlalu, ketika masa dan kebutuhan terus berubah seiring berjalannya sang waktu, saat itu pula tanpa sadar kita telah melepaskan teman-teman kita sebelumnya. Itu karena kita sudah berbeda kebutuhan bukan? bahkan tempat dan tujuan kita juga sudah berbeda, mungkin itulah mengapa alam juga menyeleksi mereka.

Retno 22 tahun dan saya MASIH seorang mahasiswa. Mungkin seharusnya saya memilik banyak sekali teman baru. Ketika ruang mempertemukan saya dengan teman-teman yang tidak hanya seluas Kebumen. Pertemanan saya saat ini memang berbeda dari pertemanan-pertemanan sebelumnya. Banyak hal yang berbeda, kebudayaan, bahasa, dan juga pemikiran yang jauh lebih heterogen. Dan saat itu saya memutuskan untuk berteman dengan sedikit dari mereka. Saya mengenal banyak orang, tapi untuk berteman itu hanya sebagian kecil dari mereka. Saya hanya berteman dengan mereka yang membuat saya nyaman, dan yang lainnya ??? Saya cukup tahu nama anda.

Ada alasan kenapa saya memutuskan seperti itu, karena saya tidak ingin alam terlalu banyak menyeleksi mereka. Saya ingin melakukannya sendiri, saya menyeleksi mana yang benar-benar teman dan mana yang hanya sebatas kenalan. Saya tidak ingin alam terlalu repot menyeleksi orang-orang di sekitarku. Saat pertemanan itu terlalu dangkal dan waktu berlalu begitu saja, maka alam akan menunjukan tangannya untuk menyeleksi mereka. Setidaknya saya tidak ingin hanya sekedar berteman untuk sementara, saya menginginkan pertemanan yang dalam, dan mencoba untuk memperdalam pertemanan itu. Saya juga menginginkan pertemanan dengan banyak hal baru.

Mungkin ini akan terlihat menyedihkan, jika ternyata saya hanya mempunyai sedikit sekali teman, tapi setidaknya saya merasa nyaman dengan mereka. Berteman dengan orang yang membuat kita nyaman, saya ingin melakukanya saat ini dan juga mempertahankannya hingga nanti. Ahhh mungkin ini juga akan bernasib sama, mungkin alam juga masih terus menyeleksi mereka. Tapi pertemanan yang nyaman, meskipun itu telah berlalu begitu saja, ketika saya mengingat kembali saya akan merasa bahagia.


Pertemanan kita saat ini mungkin akan bernasib sama dengan pertemanan-pertemanan sebelumnya. Sekeras apapun saya memperdalam pertemanan diantara kita, tapi ketika alam menakdirkan kita hidup di tempat dan lingkungan berbeda, sedikit demi sedikit pertemanan ini juga akan memudar. Dan jika waktu itu terjadi mungkin kita telah menjadi orang dewasa dan harus bertanggung jawab untuk menjalin suatu hubungan yang tidak hanya sebatas pertemanan.


Terima kasih telah menjadi bagian dari teman-teman di periode waktu tertentu. Terima kasih atas pengalaman dan juga kebahagiaan yang pernah di bagi bersama. Terima kasih.

2 komentar:

  1. nggak ada yang namanya teman sejati ret, bahkan mungkin nanti suami mu sendiri pun tidak.
    menurut pengalamanku ret, jangan terlalu dalam berteman dg seseorang, krn bisa rawan kecewa. ini true story,

    BalasHapus

Halaman

Get Code

pop2

pop