Aku pikir sifat anti sosialku semakin
akut. Kenapa aku begitu takut bertemu dunia luar? Semakin hari ada kekuatan
yang membuatku tetap tertahan di ruang sempit ini. Ini bukan ruang yang nyaman,
bahkan tidak ada kenyamanan sama sekali. Aku terdiam seolah hidupku damai. Tapi
otakku masih tidak bisa berdamai dengan dengan hidupku ini.
Ketakutan sosialku semakin tinggi,
bahkan aku tidak berani untuk sekedar menyapa orang-orang yang dulu aku kenal. Ada
beban sosial yang teramat sangat yang mengganjal pikiranku. Langkahku selalu
tertahan. Dan kegiatankupun jauh dari kata berguna.
Aku telah tumbuh menjadi Retno
Ristianingrum yang berusia 24 tahun dan telah menyelesaikan study strata satu
ku. Bahkan aku telah mampu berjalan jauh sampai di Flores sana. Tapi kenapa aku
masih jauh dari kata dewasa? Aku pikir ini bukan lagi saatnya bagiku hanya
berorientasi pada mimpi yang tidak masuk akal. Aku sudah memutuskan menyerah
terhadap impianku semenjaka aku menulis “Retno Ristianingrum, mau jadi apa kamu”.