Menanti apa yang seharusnya dinanti. Berkata apa yang
suharusnya ingin dikatakan. Menjawab apa yang telah dipertanyakan. Dunia ini
masih penuh dengan ketidak pastian. Seseorang yang dekat denganmu hari ini pun
belum tentu menjadi bagian dari cerita di masa depanmu. Seseorang yang berjasa
dan tampak sangat dekat dikehidupan mu cukup lama pun mungkin akan bernasib
sama. Perlahan menghilang seperti buih.
Seseorang dengan kisah terlamapun bisa saja menghilang
tanpa jejak. Terkikis oleh angin, tertimbun oleh debu, dan di hapus oleh air
hujan. Kehidupan… sampai saat ini aku benar-benar tidak tahu makna di balik
kata itu. Sampai saat ini aku masih mengartikannya sebagai proses. Sesuatu yang
berlangsung terus menerus. Tidak ada akhir, sekalipun aku telah mencoba
mengakiri. Saling terikat, meski berkali-kali terputus oleh suatu hal.
Kehidupan dan nafas panjang. Beban berat dan juga
impian. Hidup dan menghidupi. Berbagi dan menerima. Memanam dan memanen. Tertawa
dan menangis. Atau hanya sekedar bagaimana aku di hari ini. Perjalananku belumlah
sepanjang para tetua kehidupan. Hingga aku bahkan belum mampu membagi kisah
tentang kehidupanku.
Perjalan menanti meski tak tahu apa yang sebenarnya
dinanti. Berharap meski tak nampak dengan jelas apa yang diharapkan. Atau berkata
melelahkan meski sebenarnyapun tak tahu pasti apa yang membuat jiwa raga ini
lelah. Lalu kenapa masih tetap hidup?
Alasan kenapa aku harus tetap hidup? Akupun tidak
mengetahuinya dengan pasti. Terlihat seperti aku tak beragama. Tapi sungguh aku
tidak tahu. Aku yakin seseorang dapat memberikan ribuan alasan kenapa seseorang
itu harus tetap hidup. Tapi aku hanya mempunyai satu alasan. Kenapa aku harus
hidup? Tentu saja karena aku harus berterima kasih. Satu-satunya alasan kenapa
aku harus tetap hidup adalah aku harus berterima kasih. Teruntuk semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar