Meski tak semua bagian dari tubuh ini dapat merasakan tiap sudut di bumi, Setidaknya mata ini bisa mengintip dan menikmati keindahan tiap sudut di bumi ini
Rabu, 11 Mei 2016
Minggu, 07 Februari 2016
Kutipan Drama Korea 2013 “Flower Boy Next Door “
Episode
1
"Seberapa rapuh dan menakutkan cinta yang tak berbalas? Walau cinta tak berbalas selalu mendapatkan jalan masuk, begitu cinta itu terjebak di dalam, ia tak bisa mendapatkan jalan keluar. Walau aku yang pertama kali memulainya, jika ia pergi dari pandanganku pada suatu hari tanpa sepengetahuanku, cinta itu akan berakhir begitu saja tanpa tujuan. Tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berbunga, cinta yang tidak akan pernah berbuah…seperti sebuah benih yang terlupakan. Itu adalah cinta tak berbalas,"
Selasa, 19 Januari 2016
Rabu, 13 Januari 2016
Teman Seperjuangan?
Perjuangan terkadang memang terasa cukup melelahkan,
menyebalkan, dan juga terkadang membuat putus asa. Tapi tetap saja masih ada
sisi lain dari perjuangan yang nanti akan dirindukan saat kita memutuskan untuk
berhenti berjuang, atau memutuskan untuk melanjutkan perjuangan yang berbeda
dari sebelumnya. Saat ini aku memang sudah berhenti berjuang dengan beberapa
rekanku itu, kami berpisah karena periode ini telah selesai dan kami harus melanjutkan untuk misi kita
masing-masing. Dan kini akupun merindukannya.
Selasa, 12 Januari 2016
Bulan Baru Pekanbaru
Senin 1 November 2015. Matahari belum
nampak di kota ini. Apakah ini efek kabut asap? Ini merupakan pagi pertamaku di
Pekanbaru. Rencananya aku dan rekan yang lain akan berkunjung ke dinas terkait
dan mengunjungi beberapa tempat yang akan menjadi sasaran bantuan tenaga dari
kami. Menu sarapan pagi ini, aku menyebutnya lontong sayur. Perpaduan lontong,
mie, dan kuah santan yang pekat. Suka? Hmmmmmm mungkin belum terbiasa.
Senin, 11 Januari 2016
Akhirnya “Suvarnabhumi”
31 Oktober 2015, Aku memulai perjalanan baru menuju
pulau sebrang. Pulau Sumatera, yang dalam bahasa sansekerta bernama
“Suwarnadwipa atau Suvarnabhumi” yang berarti pulau emas. Bangsa Eropa menyebut
pulau ini sebagai Pulau Sumatera. Yang akhirnya mulai era kedatangan bangsa
Eropa nama pulau di utara Pulau Jawa ini disebut sebagai Pulau Sumatera baik
secara nasional maupun internasional. Pulau emas, seperti apakah pulau ini?
Sebenarnya saya lebih tertarik dengan kebudayaan asli pulau ini.
Minggu, 10 Januari 2016
Pertemuan
Aku memutuskan untuk keluar sangkar
kembali setelah hampir dua bulan lamanya aku berdiam diri di rumah. Mencari
suasana baru. Mencoba melakukan sesuatu yang waktu itu menurutku cukup keren.
Menjadi “Relawan”. Kata-kata keren tapi penuh tantangan. Dalam bayanganku aku
berada dalam sebuah wilayah gawat darurat bencana, melakukan aksi sosial,
membaur dengan masyarakat pribumi dan ya… aktivitas kece lainnya. Tapi
ternyata, aku kalah dengan apa yang aku bayangkan. Keadaan yang ada jauh dari
apa yang aku khayalkan. Hmmm semacam kecewa? Mungkin iyaa… Aku tidak akan
membahas cerita tentang menjadi relawan itu. Tapi sisi lain dari sebuah
kegiatan relawan. Sebuah “Pertemuan”.
Jumat, 16 Oktober 2015
13:46 "Mianhamnida"
Minhamnida, maaf, sorry. Untuk beberapa hal aku perlu mengatakan itu. Entah angin apa yang tiba-tiba membawa api dan membakar perasaanku pagi ini. Ada sesuatu yang mengganjal dan harus aku ungkapkan. Mungkin aku sering mengatakan aku baik-baik saja, lebih tepatnya terlalu sering. Aku berbohong, iyaa.. Ada perasaan yang ingin aku jaga, ada rahasia yang belum saatnya diungkapkan.
Tentu saja aku merasa bersalah setelah kebohongan itu, tapi lagi-lagi ada perasaan yang ingin aku jaga. Aku hanya tidak ingin anda mengetahui lebih banyak dari porsi yang menurutku sudah cukup. Hanya tidak ingin menjadikanku terlalu terbiasa dan nyaman saat aku masih menyebutmu kamu. Dan "kami dan kita" saja belum memulai.
Perasaan siapa yang ingin aku jaga? tentu saja perasaanku. Aku hanya bertanya-tanya, bagaimana jika kemudian aku dan kamu menjadi tidak nyaman satu sama lain? Tidakkah aku kecewa? Tentu saja!!! Aku membenci ketidak nyamanan. Tapi tetap saja menjadi jujur adalah hal yang paling sulit yang bisa aku lakukan. Aku selalu menjadi kaku untuk urusan asa dan rasa. Terkadang untuk sekedar bermimpipun enggan.
Senin, 28 September 2015
Anti Sosial (Embuh)
Aku pikir sifat anti sosialku semakin
akut. Kenapa aku begitu takut bertemu dunia luar? Semakin hari ada kekuatan
yang membuatku tetap tertahan di ruang sempit ini. Ini bukan ruang yang nyaman,
bahkan tidak ada kenyamanan sama sekali. Aku terdiam seolah hidupku damai. Tapi
otakku masih tidak bisa berdamai dengan dengan hidupku ini.
Ketakutan sosialku semakin tinggi,
bahkan aku tidak berani untuk sekedar menyapa orang-orang yang dulu aku kenal. Ada
beban sosial yang teramat sangat yang mengganjal pikiranku. Langkahku selalu
tertahan. Dan kegiatankupun jauh dari kata berguna.
Aku telah tumbuh menjadi Retno
Ristianingrum yang berusia 24 tahun dan telah menyelesaikan study strata satu
ku. Bahkan aku telah mampu berjalan jauh sampai di Flores sana. Tapi kenapa aku
masih jauh dari kata dewasa? Aku pikir ini bukan lagi saatnya bagiku hanya
berorientasi pada mimpi yang tidak masuk akal. Aku sudah memutuskan menyerah
terhadap impianku semenjaka aku menulis “Retno Ristianingrum, mau jadi apa kamu”.
Minggu, 27 September 2015
Pulau Flores #Part 5 "TERIMA KASIH SMP NEGERI 6 SATARMESE"
SMP Negeri 6 Satarmese |
Setelah satu bulan berlalu, akhirnya aku
beranikan diri untuk menulis ini. Tentu ada rasa takut, sungkat, dan juga rindu
yang menggebu ketika aku menuliskan ini. Menjadi bagian dari keluarga besar SMP
Negeri 6 Satarmese adalah kebahagiaan yang luar biasa. Sebuah takdir dan
pengalaman luar biasa yang pernah saya alami. Tak henti-hentinya aku mengucap
syukur dan juga maaf untuk satu tahun kebersamaan.
Siswa Menuruni bukit menuju sekolah |
medan paling terjal |
Aku masih mengingat jelas langkah kaki pertama SMP Negeri 6 Satarmese
pada tanggal 29 Agustus 2014 yang lalu. Menuruni bukit selama 30 menit jalan
kaki dari perempatan Langke Majok sampai di SMPN6 adalah awal dari pengalaman
yang menakjubkan. Pagi itu begitu dingin, langkahku nampak begitu pelan dibandingkan dengan
semangat calon anak didiku itu. Aku masih mengingat jelas nama siswa yang
pertama kali aku ajak berkenalan. Siswa kelas VIII D yang ternyata memiliki
nama yang sama denganku “Retno”. Sambil bertanya banyak hal aku dan
segerombolan siswa kelas VIII berjalan menuju sekolah. Berkali-kali aku
bertanya apakah SMP nya masih jauh? Mereka menjawabnya “tidak ibu”. Tapi menurutku
aku sudah berjalan sangat jauh.
Langganan:
Postingan (Atom)