Halaman

Senin, 09 Desember 2013

Siapa Cepat Dia Yang Dapat


Ini bukan siapa yang memulainya terlebih dahulu maka dia akan mengakhirinya lebih dulu. Tapi ini tentang siapa yang cepat dia yang dapat.
1.   Terkadang seseorang yang sudah memulai terlebih dahulu, setiap hari orang itu juga melangkahkan kakinya melewati jalan itu, dan orang itu hingga saat ini juga belum melewati garis finish di jalan tersebut.
2.   Terkadang ada juga seseorang yang dia enggan memulainya, kemudian ia mencoba melangkahkan kaki di jalan itu, setiap hari juga mencoba berlari di jalan itu, dan akhirnya berhasil melewati finish lebih dulu dibandingkan orang pertama.
3.   Terkadang lagi, juga ada seseorang yang enggan memulainya, enggan mencobanya, dan atas dorongan dari alam dia terjerumus masuk ke jalan itu, mau tidak mau dia juga harus melangkah, dan alam terlalu baik dengannya hingga dia juga mencapai finish lebih awal dari orang pertama.
Kehidupan ini bukan tentang siapa yang memulainya terlebih dulu lalu dia sukes lebih dahulu. Alam punya permainan yang lebih menarik dari itu. Alam mempunyai hukum cerdik dan juga licik. Tidak perlu menjadi orang pintar untuk sukses. Kesuksesan hanya bisa dicapai dengan dua macam cara, cerdik dan juga licik.

Sabtu, 07 Desember 2013

Memotivasi Diri Sendiri

Menulis lagi, mencoba memulainya dari awal. Memompa kembali semangat-semangat yang masih tersisa. Menyesali itu bukan akhir yang baik. Seorang teman dari masa lalu saya mengatakan “jika kamu hidup dengan penyesalan, bukankah itu hanya menambah beban di hidupmu, lebih baik kamu memotivasi diri sendiri, karena itu lebih bijak daripada hanya sekedar menyesalinya”. Saya pernah kecewa dan juga menyesalinya. Saya akan menjadikan kekecewaan ini sebagai kekuatan. Seseroang itu juga pernah mengatakan “Bagi seorang pemenang, kekecewaan akan memberikan inspirasi pada mereka untuk terus belajar, dan mengambil tindakan yang lebih baik lagi”. Saya akan mencobanya.

Melangkah sedikit demi sedikit mungkin lebih baik daripada banyak dan kamu tidak mendapatkan manfaat dari perjalanan itu. “Saya hanya berusaha menerima, menikmati, dan mensyukuri perjalanan ini. Karena semua akan ada akhir, baik itu akhir yang sesuai ataupun yang tidak, saya juga harus menerimanya”. Menjadi jujur untuk diri sendiri dan memotivasi diri untuk bisa melangkah lebih jauh lagi.

Mencoba mengerti dan mengartikan setiap langkah yang akan saya lalui, walau “terkadang apa yang kita artikan, belum tentu sama dengan pesan yang ingin disampaikan”. Saya akan tetap mencoba dan mempelajarinya. Semua akan ada akhir. Dan itu senjata pamungkas saya untuk tetap mencobanya sampai akhir. Pura-pura tidak peduli dengan akhir apa yang akan alam takdirkan. Saya akan melakukannya sampai akhir.

Jumat, 06 Desember 2013

Kehidupan (pertemuan, perpisahan, kenangan, kebahagian, kecanggungan, dan kejujuran)


Menjadi remaja adalah masa yang sulit, karena kita tidak tahu jawaban apapun. Kita tidak tahu apa yang benar-benar kita inginkan, siapa yang benar-benar mencintai kita. Kita benar-benar kesulitan menemukan jawabannya. Dan akhirnya, saat kita menemukan jawaban secara ajaib, kita sudah menjadi orang dewasa dan telah melewati banyak perpisahan “Reply 1997”.

Di dunia ini ada pertemuan dan ada pula perpisahan. Disaat dunia penuh dengan perpisahan, mungkin dunia memang tidak kiamat. Tapi bagi beberapa orang yang berpisah kiamat mungkin adalah takdir yang lebih baik.

Kamis, 05 Desember 2013

Sampah, Sampah, dan Nyampah

Menunggu, apa yang harus saya lakukan saat saya menunggu? Saya lelah menunggunya, lelah untuk sekedar duduk diam di lorong-lorong dan ruang sempit itu. Kenapa setiap  hari saya masih saja hidup dengan ketidak pastian? Tidak bisakah saya mengakhiri semuanya sesegera mungkin?

Terkadang saya juga lelah untuk sekedar bertanya kepada diri saya sendiri, saya malas dengan aktivitas menunggu, menunggu, dan menunggu lagi.  Awalnya saya cukup bahagia saat menunggu, tapi lagi-lagi itu hanya sebuah awal dari perjalanan. Ketika seseorang dihadapkan dalam aktivitas yang sama setiap harinya, maka kemungkinan terbesar yang muncul adalah kejenuhan dan kemarahan.

Layang-Layang Impian

Ternyata selama ini saya bermimpi terlalu tinggi. Saya tidak menyadari bahwa layang-layang impianku itu terbang semakin tinggi dan kini sangat tinggi. Saya tidak menyadari bahwa semakin tinggi suatu tempat, maka semakin kencang angin yang meniupnya. Layang-layang impianku tentang S dan W  itu tanpa saya sadari semakin tinggi, dan sangat tinggi, hingga saya tersadar bahwa layang-layang impian itu harus oleng dan tumbang oleh angin itu.

Angin itu telah mengembalikan layang-layang impian itu kedasar laut. Saat layang-layang impian itu kembali keasalnya, layang-layang impian itu tidak menangis, hanya saja angin yang berhembus itu terlalu kencang dan membuat matanya berair.

Merangkak Lagi

Saat ini menyerah bukan jalan terakhir, yang bisa saya lakukan adalah berusaha dan memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu. Memulai memompa kembali sisa-sisa semangat dan merubah kemarahan menjadi kekuatan, saya akan melakukanya. Saat satu kesempatan hilang, mungkin di ujung jalan sana masih ada kesempatan yang masih bersembunyi.

Beberpa hari ini saya hidup menjadi manusia yang rakus dan tidak menerima kenyataan dari suatu takdir. Saya berada dalam fase yang rakus, sama seperti 5 bulan yang lalu. Menjadi orang rakus untuk kedua kalinya dan lagi-lagi saya tidak mendapatkan apa-apa dari kerakusan itu, saya pikir saya ini benar-benar menyedihkan. Ketika orang-orang lain menjadi orang rakus dan mencapai kesuksesan, saya masih menjadi orang rakus yang masih jauh dari kata sukses.

Si Pengemis Yang Bodoh


Saat harapan hanya sebatas harapan, dan kenyataan yang ada telah memupuskan harapan itu, yang tersisa hanyalah sisa-sisa semangat dan juga kemarahan. Saya merasakan itu dan saya juga marah. Saya sudah berjalan cukup lambat, bahkan sangat lambat. Dan sepanjang perjalanan panjangku selama 11 bulan 5 hari ini saya juga berpikir, bahkan saya berpikir sangat keras. Saya berpikir cara untuk diri saya sendiri dan mempersiapkan langkah yang sedikit lebih cepat. Tapi keadaan dan kenyataan yang ada masih saja terus menahan langkahku.

Saat mengawali di awal tahun 2013 itu, saya mengharapkan saya mampu menyelesaikan sebelum akhir tahun. Tapi lagi-lagi ini hanya harapan saya, dan kenyataan saya saat ini adalah saya masih belum mampu menyelesaikan ini, bahkan ketika bulan paling buncit ditahun 2013 ini semakin berlalu.

5 Desember, 2013. Hari ini saya menangis. Saya merasa putus asa dengan harapan dan impian saya itu. Saya marah pada diri saya sendiri yang masih saja menjadi orang yang bodoh. Ini sudah yang kedua kali, dan sepertinya saya akan melewatkannya lagi. Mungkin saya hanya akan jadi saksi keberhasilan mereka. Hari ini saya masih menjadi manusia yang lupa untuk bersyukur.

Saya masih marah, kenapa saya tidak bisa seperti mereka? Mungkin waktu itu saya memulainya lebih awal dari mereka, kenapa saya masih saja tertinggal? Sebegitu lambatkah jalan saya? Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Senin, 02 Desember 2013

Hanya Ditunda Saja

Semarang, 3 Desember 2013. Waktu masih menunjukan pukul 06.57 WIB.  Mengalami penundaan lagi, tentu saja ini bukan pertama kalinya saya gagal melakukan sesuatu di hari yang sudah ditentukan sebelumnya. Terbesit perasaan marah dan juga kecewa, bukankah ini wajar? Sesuatu yang sudah kamu impikan bisa kamu lakukan, tiba-tiba takdir mengatakan hari ini belum saatnya. Tentu saja saya marah dan juga kecewa untuk beberapa waktu, setidaknya sampai sebelum saya menulis ini.
08.10 menit setelah saya meratapi nasib saya hari ini yang mengalami penundaan suatu hal, saya putuskan untuk menulis. Ini tentang penundaan bukan KEGAGALAN. Ini tentang sesuatu yang ditunda.
Mungkin ada rencana lain di balik penundaan aktivitas saya hari ini. Tapi jika tidak ada rencana lain dari penundaan ini, maka yang bisa saya lakukan adalah merencanakan hal lain yang bisa saya lakukan. Memang benar “Hidup itu bukan hanya tentang apa yang kamu inginkan. Kehidupan itu juga tentang apa yang bisa kamu lakukan”. Bisa melakukan “itu” di hari ini adalah apa yang saya inginkan, tapi ketika keadaan mentakdirkan penundaan, maka yang seharusnya saya lakukan adalah “Melakukan yang bisa saya lakukan”.s

Ini bukan tentang KEGAGALAN, tapi PENUNDAAN, dan saya berharap, dan sangat berharap akan ada rencana yang jauh lebih baik setelah penundaan ini. Dan saya mencoba untuk ikhlas.

Sabtu, 30 November 2013

Saya dan Drama


Hello, sekarang 00.20 WIB 1 Desember 2013. Saya masih terjaga, menatap layar PC. Saat ini saya merenung dan terkadang saya juga meratapi nasib. Kehidupanku memang tidak setragis cerita sebuah drama yang biasa saya tonton, tapi terkadang saya terlanjur hanyut dalam deraian air mata yang mengalir deras dari para pemain drama. Malam ini yang ingin saya lakukan adalah membuat diri saya menangis, tertawa, marah, dan juga membuat diri saya bangkit dari segala kemalasan yang selama ini menjeratku.



Akhir-akhir ini saya kembali sibuk dengan dunia drama. Dunia yang mengantarkanku pada hobi menulis. Drama-drama itu memang hanya sebatas drama, cerita yang ada di dalamnya bahkan tidak pernah  saya jumpai dikehidupan nyata. Lagi-lagi drama itu hanya menghiburku ketika saya jenuh, membuat saya tertawa ketika saya sedih, membuat saya ikhlas ketika saya gagal, dan juga terkadang membuat saya sedih ketika saya sedang bahagia.

Rabu, 20 November 2013

Teman-Temanku Terseleksi oleh ALAM


Semua orang pasti akan menghilang seperti buih. Hukum alam meman sangat kejam. Hukum yang ditentukan oleh alam lebih kejam dari tuntutan Jaksa dan juga seorang eksekutor. Mereka yang tersisa di alam bukan berarti mereka yang kuat, terkadang mereka yang lemah justru masih tetap dipertahankan oleh alam. Alam tidak memiliki peraturan yang pasti dalam menyeleksi penghuninya.

2013, saya tumbuh menjadi Retno Ristianingrum yang berusia 22 tahun. Dan diusia itu saya masih menyandang status sebagai mahasiswa dan pengangguran. Di usia itu saya telah berjumpa dan berteman dengan banyak orang. Saya menghabiskan 2 tahun di taman bermain dan 16 tahun dari usiaku untuk menempuh jenjang pendidikan, dan saya juga belum lulus. Saya telah menjalin banyak pertemanan dangkal dan sedikit pertemanan dalam.

Saat saya meruntut kembali menjadi Retno kecil, saat dimana saya TK dan SD, saya juga mempunyai banyak teman saat itu. Tapi saat ini saya tersadar, “Masihkah saya berteman dengan mereka”???  Saat saya masih menjadi Retno Ristianingrum yang duduk di bangku TK dan juga SD, saya masih berteman dengan mereka, dan sekarang  ketika saya telah menjadi Retno Ristianingrum yang berusia 22 tahun, ternyata saya tidak lagi berteman dengan sebagian besar dari mereka. Ya... mereka terseleksi oleh alam, dan saat ini saya hanya sebeatas penah mengenalnya dan mungkin hanya bisa menyapanya. Saat ini saya tidak memiliki pertemanan yang dalam dengan mereka seperti saat kita masih menjadi anak-anak ingusan yang masih menikmati hidup dengan polos.

Halaman

Get Code

pop2

pop