Menunggu, apa
yang harus saya lakukan saat saya menunggu? Saya lelah menunggunya, lelah untuk
sekedar duduk diam di lorong-lorong dan ruang sempit itu. Kenapa setiap hari saya masih saja hidup dengan ketidak
pastian? Tidak bisakah saya mengakhiri semuanya sesegera mungkin?
Terkadang saya
juga lelah untuk sekedar bertanya kepada diri saya sendiri, saya malas dengan
aktivitas menunggu, menunggu, dan menunggu lagi. Awalnya saya cukup bahagia saat menunggu, tapi
lagi-lagi itu hanya sebuah awal dari perjalanan. Ketika seseorang dihadapkan
dalam aktivitas yang sama setiap harinya, maka kemungkinan terbesar yang muncul
adalah kejenuhan dan kemarahan.
Saya sedang
hidup di fase itu, dimana rasa jenuh dan marah saya lebih tinggi dibandingkan
rasa ikhlas saya. Saya hidup penuh dengan kemarahan yang hanya bisa saya
tuangkan lewat tulisan ini. Apa yang saya tulis saat ini adalah sampah-sampah
dari kemarahan saya. Awal bulan di penghujung tahun saya menjadi Retno Ristianingrum
si Pemarah dan tukang nyampah. Sampah-sampah ini, mungkin akan ada masa dimana
saya membaca kembali sampah-sampah yang pernah saya tulis di halaman ini, dan
jika itu terjadi mungkin saya akan merasa malu dengan tulisan-tulisan sampah
saya itu.
Sampah-sampah
hasil karya ku ini hanyalah pendamping karya utamaku selama satu tahun. Dalam perjalanan
satu tahunku ini, entah berapa puluh sampah-sampah yang saya tulis di halaman
ini. Sampah-sampah dan nyampah. Hanya rangkaian kata yang muncul saat saya
marah, kecewa, bahagia, dan juga putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar