Ternyata selama ini saya
bermimpi terlalu tinggi. Saya tidak menyadari bahwa layang-layang impianku itu terbang
semakin tinggi dan kini sangat tinggi. Saya tidak menyadari bahwa semakin
tinggi suatu tempat, maka semakin kencang angin yang meniupnya. Layang-layang
impianku tentang S dan W itu tanpa saya
sadari semakin tinggi, dan sangat tinggi, hingga saya tersadar bahwa
layang-layang impian itu harus oleng dan tumbang oleh angin itu.
Angin itu
telah mengembalikan layang-layang impian itu kedasar laut. Saat layang-layang
impian itu kembali keasalnya, layang-layang impian itu tidak menangis, hanya
saja angin yang berhembus itu terlalu kencang dan membuat matanya
berair.
Layang-layang
impianku itu terluka, mungkin karena dia jatuh dari ketinggian yang sangat
tinggi. Hampir tidak berdaya dan hanya bisa berjalan tanpa impian.
Layang-layang impian itu kini tinggal kenangan. Saat ini layang-layang impian
itu hanya sebatas layang-layang bisa. Dia mungkin akan saya terbangkan lagi,
tapi layang-layang itu hanya sebatas layang-layang biasa. Dia akan tetap hanya
menjadi layang-layang, karena impian itu telah termakan oleh dewa. Layang-layang
itu adalah salah satu bagian tragis dalam kehidupanku.
Layang-layang
impian itu hanya sebatas kenangan, dan layang-layang baru yang akan saya
terbangkan lagi akan tetap menjadi layang-layang biasa yang tanpa impian. Mungkin
layang-layang itu akan melakukan apa saja yang bisa dia lakukan, bukan
melakukan apa yang layang-layang itu impikan. Saya dan layang-layang itu, akan
melakukan apa yang saya bisa, ini adalah tentang apa yang bisa saya lakukan
dalam hidup. Saat impian itu hanya tumbuh menjadi impian kosong, maka yang bisa
saya lakukan adalah melakukan apa saja yang bisa saya lakukan. Ini bukan
tentang keputus-asaan. Ini tentang impian yang tidak terwujud. Jika saya harus
puas dengan impian tidak terwujud, bukankah lebih baik saya melakukan apapun
yang bisa saya lakukan, bukan hanya menunggu impian kosong itu akan terwujud. Karena
“Baja, jika kamu mengasahnya terus-menerus dia juga akan berubah menjadi jarum.
Dan Batu, saat air terus menerus mengikisnya, batu itu akan menjadi kerikil
bahkan debu”. Kehidupan itu tidak hanya menunggu impian kosong.
Saat ini saya
juga melepaskan impian kosong itu, bahkan saya telah kembali menerbangkan
layang-layang tanpa impian itu. Hari ini, saya juga memulai dengan sisa-sisa
kemarahan, dan juga luka dimasa itu. Saya memulai pagi ini dan kembali
menantinya. Saya menanti Dewa lagi, tapi hari ini terlalu istimewa untuk dewa
itu datang.
Selama hampir
12 bulan ini, dan mungkin masih berlanjut sampai bulan-bulan yang belum
ditentukan, saya masih bercerita tentang Dewa dan Dewi itu. Semua yang saya
tulis ini mungkin hanya sebatas Dewa-Dewi dan tentang si S dan tentu saja tentang kapan saya bisa W. Dan saya bukan satu-satunya orang
yang menderita karena wabah ini.
Beberapa dari
temanku mungkin diberkati oleh dewa-dewa dan dewi-dewi itu. Tapi beberapa dari
mereka mungkin juga sama menderita seperti saya, dan beberapa orang dari mereka
yang lainnya mungkin juga ada yang jauh lebih menderita dari saya. beberapa
dari mereka mungkin tidak bisa mengeluarkan kemarahannya lewat tulisan seperti
yang saya lakukan ini. Tapi kegagalan layang-layang impian saya itu terlalu
menyedihkan untuk sekedar diratapi sendiri, jadi saya menuliskan ini dengan sisa-sisa
kemarahan dan kekecewaan. Dan saya akan mencoba bangkit dengan sisa-sisa
kemarahan dan kekecewaan.
S & W kue apa?
BalasHapusskripsi
BalasHapuswisuda
saat ini saya ada di titik yg sama sepertimu di september yg lalu kupril.. di ujung sil*** tp sepertinya saya tidak seberuntung km.. beliau S dan W, mungkin saya terlalu berharga untuk mereka lepaskan di waktu dekat...
BalasHapus