Halaman

Kamis, 05 Desember 2013

Layang-Layang Impian

Ternyata selama ini saya bermimpi terlalu tinggi. Saya tidak menyadari bahwa layang-layang impianku itu terbang semakin tinggi dan kini sangat tinggi. Saya tidak menyadari bahwa semakin tinggi suatu tempat, maka semakin kencang angin yang meniupnya. Layang-layang impianku tentang S dan W  itu tanpa saya sadari semakin tinggi, dan sangat tinggi, hingga saya tersadar bahwa layang-layang impian itu harus oleng dan tumbang oleh angin itu.

Angin itu telah mengembalikan layang-layang impian itu kedasar laut. Saat layang-layang impian itu kembali keasalnya, layang-layang impian itu tidak menangis, hanya saja angin yang berhembus itu terlalu kencang dan membuat matanya berair.


Layang-layang impianku itu terluka, mungkin karena dia jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi. Hampir tidak berdaya dan hanya bisa berjalan tanpa impian. Layang-layang impian itu kini tinggal kenangan. Saat ini layang-layang impian itu hanya sebatas layang-layang bisa. Dia mungkin akan saya terbangkan lagi, tapi layang-layang itu hanya sebatas layang-layang biasa. Dia akan tetap hanya menjadi layang-layang, karena impian itu telah termakan oleh dewa. Layang-layang itu adalah salah satu bagian tragis dalam kehidupanku.

Layang-layang impian itu hanya sebatas kenangan, dan layang-layang baru yang akan saya terbangkan lagi akan tetap menjadi layang-layang biasa yang tanpa impian. Mungkin layang-layang itu akan melakukan apa saja yang bisa dia lakukan, bukan melakukan apa yang layang-layang itu impikan. Saya dan layang-layang itu, akan melakukan apa yang saya bisa, ini adalah tentang apa yang bisa saya lakukan dalam hidup. Saat impian itu hanya tumbuh menjadi impian kosong, maka yang bisa saya lakukan adalah melakukan apa saja yang bisa saya lakukan. Ini bukan tentang keputus-asaan. Ini tentang impian yang tidak terwujud. Jika saya harus puas dengan impian tidak terwujud, bukankah lebih baik saya melakukan apapun yang bisa saya lakukan, bukan hanya menunggu impian kosong itu akan terwujud. Karena “Baja, jika kamu mengasahnya terus-menerus dia juga akan berubah menjadi jarum. Dan Batu, saat air terus menerus mengikisnya, batu itu akan menjadi kerikil bahkan debu”. Kehidupan itu tidak hanya menunggu impian kosong.

Saat ini saya juga melepaskan impian kosong itu, bahkan saya telah kembali menerbangkan layang-layang tanpa impian itu. Hari ini, saya juga memulai dengan sisa-sisa kemarahan, dan juga luka dimasa itu. Saya memulai pagi ini dan kembali menantinya. Saya menanti Dewa lagi, tapi hari ini terlalu istimewa untuk dewa itu datang.

Selama hampir 12 bulan ini, dan mungkin masih berlanjut sampai bulan-bulan yang belum ditentukan, saya masih bercerita tentang Dewa dan Dewi itu. Semua yang saya tulis ini mungkin hanya sebatas Dewa-Dewi dan tentang si S dan tentu saja tentang kapan saya bisa W. Dan saya bukan satu-satunya orang yang menderita karena wabah ini.


Beberapa dari temanku mungkin diberkati oleh dewa-dewa dan dewi-dewi itu. Tapi beberapa dari mereka mungkin juga sama menderita seperti saya, dan beberapa orang dari mereka yang lainnya mungkin juga ada yang jauh lebih menderita dari saya. beberapa dari mereka mungkin tidak bisa mengeluarkan kemarahannya lewat tulisan seperti yang saya lakukan ini. Tapi kegagalan layang-layang impian saya itu terlalu menyedihkan untuk sekedar diratapi sendiri, jadi saya menuliskan ini dengan sisa-sisa kemarahan dan kekecewaan. Dan saya akan mencoba bangkit dengan sisa-sisa kemarahan dan kekecewaan.

3 komentar:

  1. saat ini saya ada di titik yg sama sepertimu di september yg lalu kupril.. di ujung sil*** tp sepertinya saya tidak seberuntung km.. beliau S dan W, mungkin saya terlalu berharga untuk mereka lepaskan di waktu dekat...

    BalasHapus

Halaman

Get Code

pop2

pop