Menjadi orang
ikhlas mungkin lebih nyaman dan tentu aman daripada menjadi orang yang rakus. Saya
rakus dalam mengejar impian itu. Menjadi orang rakus itu benar-benar menyiksa. Saat
itu semua organ tubuhku ini bekerja keras, saya menjadi si keras kepala dan
lupa segalanya.
Saat mata
dipaksa menatap layar, jari-jemari sibuk menari diatas papan, dan otak dipaksa
untuk berpikir keras, telinga dipaksa untuk tidak mendengarkan apapun, dan
perut dibiarkan bernyanyi. Saya pernah melakukan itu, dan yang saya hasilkan
hanya coretan, lesu, lingkaran hitam di bawah mata, rambut semakin rontok, jam
tidur berkurang, dan juga kepala yang terasa semakin berat.
Sejak saya
menjadi orang yang rakus, saya hanya duduk di pojok kamar, pokok ruang sempit
itu, dan menunggu di lorong-lorong itu. Tentu saja saya tidak sendiri, ada
beberapa orang yang silih berganti menghampiriku, mereka membagikan semangat,
berbagi tawa, dan juga memberikan saya tekanan yang teramat sangat yang membuat
saya semakin rakus.