Sekarang saya benar-benar tahu dan mengerti. Kehidupan seseorang itu
telah terikat oleh sebuah benang merah yang tidak diketahui sejauh apa benang
itu teruarai dan dimana ujung dari benang itu. Takdir kehidupan yang tidak ada
seorangpun yang mengetahui, tidak ada yang tahu akan seperti apa hidupnya
kelak. Tuhan itu Maha, setiap orang telah dikaitkan benang merah dalam
kehidupannya. Manusia itu hanya perlu mengurai benang itu dan mencari tau dimana
ujungnya.
Tidak mudah memang untuk sekedar mengurai benang itu, tapi jika kita
sadar, sebenarnya kita juga sedikit demi setikit telah mengurai benang itu dan
berjalan menyusuri benang itu juga. Benang merah saya dan anda tentu saja
berbeda, maka dari itu jalan kita juga berbeda. Terkadang kita berdiri ditempat
yang sama, melihat hal yang sama, memupuk mimpi yang sama, mengais harapan yang
sama, memulai hal yang sama, tapi bukan berarti kita akan sampai dipenghujung
tempat itu di waktu yang sama pula. Ada permainan alam yang mengendalikan
langkah kita.
Itulah kenapa kehidupan ini juga bukan tentang siapa yang memulai
lebih dahulu, maka akan mengakhirinya lebih dahulu juga. Hukum alam tidak
semudah itu. Alam tidak mengijinkan kita untuk memulainya jika memang waktunya
belum tepat. Kita mungkin saja sesekali rakus dengan hal itu. Tapi, jika waktunya
belum tepat maka kita juga tidak bisa memulainya. Begitu pula saat kita
menginginkan untuk mengakhiri, kita juga tidak bisa begitu saja mengakhiri jika
memang waktunya belum tepat.
Kehidupan ini memang hanya sekedar waktu. Ketepatan suatu waktu, saat
kita harus memutuskan untuk memulai dan
juga berhenti. Semuanya hanya tentang waktu. Manusia harus belajar melihat
ketepatan waktu itu. Waktu memulai dan mengakhiri itu hanya tentang kesiapan
bertemu dengan kesempatan.
Benang merahku itu, saya ingin meraba-raba sejauh mana dia terurai. Saya
ingin berjalan dengan aman. Saya ingin melihat untaian benang itu. Sehingga
saat saya berjalan, saya bisa melangkah dengan aman. Dalam beberapa hal,
terkadang saya melihat jelas dimana benangku itu, tapi terkadang benangku itu
hilang begitu saja dari pandangan mata. Benang merahku itu mungkin bersembunyi
diantara puing-puing kekecewaan dan juga kemarahan hingga saya tidak bisa
melihatnya. Dan saat itu terjadi, terkadang saya jatuh dan tidak mampu untuk
bangkit. Saya tidak bisa melihat bahkan saat merabanyapun saya tidak mampu.
Tapi terkadang, saat rasa marah dan kecewaku itu memuncak, secara
ajaib benang merah itu muncul kembali dan memaksa saya bangkit untuk meraih dan
mengurainya lagi. Dan jika itu terjadi saya mencobanya lagi, lagi, dan lagi. Saya
mencoba mengurai untaian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar