Desember
semakin dingin. Saat ini Desemberku ditemani hujan dan kesendirian. Saya masih
duduk di pojok ruang sempit yang cukup nyaman, jauh dari keramaian dan penuh
dengan kedamaian. Sore ini, hujan semakin membuat udara terasa dingin. Angin yang
berhembus juga cukup sejuk, aroma tanah yang menyejukan hati. Tidak ada lagi
rasa marah dan kecewa, mungkin karena saya mulai mengikhlaskannya. Sudahlah hidupku
juga bukan hanya tentang yang satu itu.
Mendengarkan musik,
bernyanyi, memahami setiap lirik itu, dan juga menikmati hembusan angin itu, kebahagiaan
yang sederhana, saya menikmatinya, dan juga saya sedikit bahagia. Saat hujan, saya menyukai hujan, saya juga menyukai angin yang berhembus. Desemberku ini,
mungkin beberapa anggrekku di rumah juga akan bermekaran, saya merindukannya.
Desemberku dulu, saya hanya menanti anggrek-anggrekku itu bermekaran.
Desemberku saat ini, saya hanya menanti keajaiban dan merindukan Desemberku
yang dulu.
(Desemberku, dan halaman rumah)
Hujan dan
angin itu, membawaku pada renungan tentang kebahagiaan yang sederhana. Menikmati
kesendirian di sudut ruang itu dan merindukan kampung halaman. Jika Desemberku
ini akan berlalu begitu saja, beberapa orang disekitarku itu mungkin akan
kecewa. Saya menyesalinya, tapi penyesalan ini hanya akan membuat mata saya
masih ber-air ketika hanyut dalam kesendirian. Saya masih menanti keajaiban
dari usahaku. Desember, mungkinkah keajaiaban MU adakan datang di bulan ini ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar