Halaman

Jumat, 16 Oktober 2015

13:46 "Mianhamnida"


Minhamnida, maaf, sorry. Untuk beberapa hal aku perlu mengatakan itu. Entah angin apa yang tiba-tiba membawa api dan membakar perasaanku pagi ini. Ada sesuatu yang mengganjal dan harus aku ungkapkan. Mungkin aku sering mengatakan aku baik-baik saja, lebih tepatnya terlalu sering. Aku berbohong, iyaa.. Ada perasaan yang ingin aku jaga, ada rahasia yang belum saatnya diungkapkan. 

Tentu saja aku merasa bersalah setelah kebohongan itu, tapi lagi-lagi ada perasaan yang ingin aku jaga. Aku hanya tidak ingin anda mengetahui lebih banyak dari porsi yang menurutku sudah cukup. Hanya tidak ingin menjadikanku terlalu terbiasa dan nyaman saat aku masih menyebutmu kamu. Dan "kami dan kita" saja belum memulai.

Perasaan siapa yang ingin aku jaga? tentu saja perasaanku. Aku hanya bertanya-tanya, bagaimana jika kemudian aku dan kamu menjadi tidak nyaman satu sama lain? Tidakkah aku kecewa? Tentu saja!!! Aku membenci ketidak nyamanan. Tapi tetap saja menjadi jujur adalah hal yang paling sulit yang bisa aku lakukan. Aku selalu menjadi kaku untuk urusan asa dan rasa. Terkadang untuk sekedar bermimpipun enggan. 

Senin, 28 September 2015

Anti Sosial (Embuh)



Aku pikir sifat anti sosialku semakin akut. Kenapa aku begitu takut bertemu dunia luar? Semakin hari ada kekuatan yang membuatku tetap tertahan di ruang sempit ini. Ini bukan ruang yang nyaman, bahkan tidak ada kenyamanan sama sekali. Aku terdiam seolah hidupku damai. Tapi otakku masih tidak bisa berdamai dengan dengan hidupku ini.

Ketakutan sosialku semakin tinggi, bahkan aku tidak berani untuk sekedar menyapa orang-orang yang dulu aku kenal. Ada beban sosial yang teramat sangat yang mengganjal pikiranku. Langkahku selalu tertahan. Dan kegiatankupun jauh dari kata berguna.

Aku telah tumbuh menjadi Retno Ristianingrum yang berusia 24 tahun dan telah menyelesaikan study strata satu ku. Bahkan aku telah mampu berjalan jauh sampai di Flores sana. Tapi kenapa aku masih jauh dari kata dewasa? Aku pikir ini bukan lagi saatnya bagiku hanya berorientasi pada mimpi yang tidak masuk akal. Aku sudah memutuskan menyerah terhadap impianku semenjaka aku menulis “Retno Ristianingrum, mau jadi apa kamu”.

Minggu, 27 September 2015

Pulau Flores #Part 5 "TERIMA KASIH SMP NEGERI 6 SATARMESE"

SMP Negeri 6 Satarmese
Setelah satu bulan berlalu, akhirnya aku beranikan diri untuk menulis ini. Tentu ada rasa takut, sungkat, dan juga rindu yang menggebu ketika aku menuliskan ini. Menjadi bagian dari keluarga besar SMP Negeri 6 Satarmese adalah kebahagiaan yang luar biasa. Sebuah takdir dan pengalaman luar biasa yang pernah saya alami. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur dan juga maaf untuk satu tahun kebersamaan.
Siswa Menuruni bukit menuju sekolah
medan paling terjal
Aku masih mengingat jelas  langkah kaki pertama SMP Negeri 6 Satarmese pada tanggal 29 Agustus 2014 yang lalu. Menuruni bukit selama 30 menit jalan kaki dari perempatan Langke Majok sampai di SMPN6 adalah awal dari pengalaman yang menakjubkan. Pagi itu begitu dingin, langkahku  nampak begitu pelan dibandingkan dengan semangat calon anak didiku itu. Aku masih mengingat jelas nama siswa yang pertama kali aku ajak berkenalan. Siswa kelas VIII D yang ternyata memiliki nama yang sama denganku “Retno”. Sambil bertanya banyak hal aku dan segerombolan siswa kelas VIII berjalan menuju sekolah. Berkali-kali aku bertanya apakah SMP nya masih jauh? Mereka menjawabnya “tidak ibu”. Tapi menurutku aku sudah berjalan sangat jauh.

Sabtu, 26 September 2015

Pulau Flores #Part 4 "Langke Majok“ (Keluarga Om Pius)

@Bandara Ruteng.. Edisi Alen berangkat ke Kupang

Keluarga Om Pius. Aku merasa menjadi bagian dari keluarga ini meski kami menyembah Tuhan dengan nama dan cara yang berbeda. Dan aku yakin tiga orang teman seperjuanganku pun merasakan hal yang sama. Melebur menjadi keluarga. Kami hidup bersama di keluarga ini selama satu tahun. Keluarga yang luar biasa, semacam keluarga musisi. Seluruh anggota keluarganya bersuara merdu.

Om Pius, dia merupakan bapak bagi kami ber-empat, dan sering sekali kami merepotkan si om. “Om, bisa antar kami ke Ruteng om?”. Dengan mobil kebanggaan AKPP kami berempatpun menuju Ruteng dan memborong sembako sebagai bekal hidup di Langke Majok. Mobil Pik up milik om pius tercatat pernah mengantar kami ke Pantai Nangawoja di hari ketiga kami di desa ini. Ke Ruteng? Entah berapa kali, yang jelas berkali-kali. Ke Mowol,  ketika kami sedang melaksanakan program kerja di SMP Satap Mowol. Ke embung dan bakaran ayam atau hanya sekedar pergi ke kebun milik Om Pius, memanen jagung dan rambutan. Perjalanan malam hari, pesta? Siapa takut, ada om yang selalu menjaga kami, jadi kami aman. Terima Kasih Om Pius, telah menjadi ayah yang sangat baik selama setahun. Semoga sehat selalu.

Jumat, 25 September 2015

PULAU FLORES #PART 3 "LANGKE MAJOK (Mencoba Tumbuh Menjadi Keluarga #AKPP)"


Terima Kasih DIKTI, dengan programmu aku bisa menikmati sunyinya “Langke Majok”. 29 Agustus 2014, pertama kalinya aku menginjakkan kaki di desa ini. Desa yang dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Langke Majok merupakan salah satu kawasan di Desa Nao, Kecamatan Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai. Desa yang asri, sunyi, sejuk, dan ramah. Lokasinya tidak jauh dari Kota Ruteng, cukup satu jam. Dan desa ini juga berada di jalur utama menuju tempat wisata adat, Kampung Adat Todo, dan juga Kampung Waerebo.

Per-29 Agustus 2014 sampai dengan 20 Agustus 2015, saya ditakdirkan menjadi Anak Kos NTT yang ceritanya lagi jadi ibu guru yang mengabdi di daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal. hahahahaa Mengabdi katanya.... tapi menurutku hanya sekedar menjalankan tugas. Semacam tugas kenegaraan dalam bahasa kerennya. Hahahaha

Satu tahun menjadi anak kos NTT. Aku dan teman seperjuangan, sebut saja Yayu Niu, Yayu Shinta, dan Yayu Anis hidup di sebuah rumah milik keluarga “Om Pius”. Kami menyewa dua kamar. Dan patner tidurku satu tahun saat itu adalah Yayu Shinta. Kami berasal dari LPTK yang sama, UNNES. Anak Semarang ceritanya, tapi asal kelahiran kami berbeda, tapi tetap satu rumpun yaitu rumpun NGAPAK.

Kamis, 24 September 2015

Pulau Flores #Part "2 Ruteng (KOTA)"

SM3T Unnes Angkatan IV Penempatan Kabupaten Manggarai

Ruteng. Aku yakin banyak orang yang masih merasa asing dengan kata “Ruteng”. Dibandingkan dengan Labuhan Bajo, Kota Ruteng kalah pamor daripada Labuhan Bajo yang terkenal dengan tempat  transit sebelum tracking kece di Taman Nasional Komodo. Tapi Ruteng???

Secara umum saya lebih suka Ruteng. Kenapa? Hawa dingin, kabut dingin (Bukan Kabut Asap lohh yaa), udara segar, kesunyian, dan juga tata ruang kota yang lebih rapih dan indah. Puncak musim kemarau adalah titik terdingin kota ini. Kabut dengan indahnya menyapa setiap harinya dan menambah kesejukan kota ini. Kalian bisa bergaya ala Korea disini. Memakai jaket tebal dan syal ala korea. Dan dijamin tidak salah kostum. Banyak sekali dijumpai orang-orang memakai baju tebal. Di kota ini juga banyak dijumpai toko-toko yang menjual baju-baju bekas dari LN. Aku menyebutnya Awul-awul atau bisa juga disebut “Mol” bukan “Mall” loh yaa... Mol alias Molak-Malik. Jadi kamu harus bener-bener teliti saat kamu berencana membeli baju-baju bekas itu.

Pulau Flores #Part 1 "Labuhan Bajo"

Ingatanku hampir memudar, ini tentang bagaimana kesan pertamaku di pulau sejuta bunga “Pulau Flores”. Kesan pertama di Flores??
1.      Panasss
Panasnya Labuhan Bajo…

Gb.  Bandar Udara Labuhan Bajo "28 Agustus 2014
 Gambar di atas diambil setahun yang lalu. Sekarang sudah tidak ada lagi tulisan dan patung komodonya.

Selasa, 22 September 2015

Musim Telah Kembali


Mungkinkah ini akhir dari mimpi panjang di musim panas? Ada sesuatu yang hilang dan meninggalkan luka? Sampai saat ini aku masih mengingat mimpi itu, dan terkadang akupun masih memeluk erat mimpi itu. Bagaimana tidak, kami tumbuh bersama selama semusim itu. Kami tumbuh dari rasa asing dan canggung satu sama lain. Tumbuh dan berkembang menjadi begitu hangat. Berbagi cerita cinta, kehidupan, perpisahan, dan juga persahabatan dan angan. Sungguh sangat nyaman.

Kemudian, hari-hari berlalu dan musim kembali seperti pertama kali kita dipertemukan. Musim ini kembali dan membawa angin yang membuat kami kembali menjadi asing satu sama lain. Perlahan menjadi canggung, bahkan untuk sekedar saling menyapa.

Kini, saat ikatan melemah, keakraban merapuh, salam dan kebersamaan terasa hampir nihil. Maka yang tersiksa adalah kerinduan. Dan sungguh aku merindukanmu. Bogosipoyeo…

Senin, 21 September 2015

Jangan Merindukannya


Mentari pagi menyapaku dari balik jendela. Membuka mata dan menarik nafas panjang. Masih ada sisa mimpi semalam yang mengganggu pikiranku. Nampak seperti ada hati yang terluka. Seperti mendapatkan sebuah sihir, ingatanku kembali tentang masa itu.

Merindukannya? Sangat merindukan. Jadi kumohon jangan ijinkan hatiku kembali merindukannya. Ini sangat melelahkan, sama seperti sebuah cinta tak terbalas, dan cinta yang tersampaikan. Jadi kumohon jangan ijinkan aku merindukannya.

Senin, 14 September 2015

Alasan Kenapa Aku Harus Hidup


Menanti apa yang seharusnya dinanti. Berkata apa yang suharusnya ingin dikatakan. Menjawab apa yang telah dipertanyakan. Dunia ini masih penuh dengan ketidak pastian. Seseorang yang dekat denganmu hari ini pun belum tentu menjadi bagian dari cerita di masa depanmu. Seseorang yang berjasa dan tampak sangat dekat dikehidupan mu cukup lama pun mungkin akan bernasib sama. Perlahan menghilang seperti buih.

Seseorang dengan kisah terlamapun bisa saja menghilang tanpa jejak. Terkikis oleh angin, tertimbun oleh debu, dan di hapus oleh air hujan. Kehidupan… sampai saat ini aku benar-benar tidak tahu makna di balik kata itu. Sampai saat ini aku masih mengartikannya sebagai proses. Sesuatu yang berlangsung terus menerus. Tidak ada akhir, sekalipun aku telah mencoba mengakiri. Saling terikat, meski berkali-kali terputus oleh suatu hal.

Topeng



Aku tidak pernah tahu semenjak kapan aku hidup dengan sejuta keulahan. Ada saja yang membuat bibir ini selalu berucap keluh setiap saat. Jemariku merangkai kata, hatiku gemetar, dan akhirnya air mata ini selalu saja mengalir. Menangis dalam diam. bercerita dalam kebisuan. Tersenyum dalam kepura-puraan, nampak bahagia dengan berbagai ekspresi muka dalam media sosial.

Menjadi naif dan semakin naif dengan keadaanku saat ini. Seperti menggunakan topeng. Aku bisa merubah ekpresiku. Hati berkata apa, muka menampilkannya berbeda. Terkadang aku mengatakan aku membencinya, tapi hatiku berkata lain.. aku benar-benar menyukainya. Mengatakan aku menyukainya, tapi hatiku hanya tidak ingin membuatnya terluka.

Lelah dan sangat melelahkan. Meski aku tidak lagi menempuh perjalanan panjang menaiki dan menuruni bukit. Tapi kenapa hari-hariku kini begitu melelahkan? 

Berpura-pura tabah, menjadi sosok kuat dalam dunia cerita "katanya" tapi tetap saja, aku lemah dan menjadi semakin lemah dengan keadaan saat ini. Entah mengapa aku berpikir terlalu banyak yangmengikat ruang gerakku. Melahkan dan kembali berakhir dengan tangisan yang entah apa yang sedang aku tangisi.

Menata Hati

Hancur???
Tentu saja, kehidupan ini memang banyak sekali pertemuan
Tapi kemudian satu persatu kembali menghilang
Menghilang karena kesedian, menghilang untuk kebahagiaan, atau tanpa sadar terseleksi oleh alam.
Setelah sebuah perjalanan panjang dan mengalami banyak perpisahan... 
Bagaimana mungkin kehancuran itu dihindari?
Mencoba menata kembali
Mengumpulkan sisa-sisa kehancuran dan kemarahan sebagai semangat.
Aku akan memulai sedikit demi sedikit
Kembali merangkai asa, angan, cita, dan tentu saja cinta

Takut??

Takut & ketakutan..
Entahlah...
Ada langkah yang masih tertahan.
Ada hati yg enggan bergerak
Ada harapan yg tetap diam dengan nyaman..

Nyaman??
Mungkin saja tidak
Ini hanya terlihat seolah-olah nyaman

Putus asa?
Tentu saja tidak, hanya saja sedikit realistis dengan keadaan yang ada.

Enggan?
Tentu saja tidak
Hanya saja aku masih terlalu lemah
Tidak... mungkin terlalu takut untuk melangkah dan memulai kembali

Minggu, 06 September 2015

I don’t Like Love - XIAH JUNSU (JYJ) Indonesian Translation

헝클어진 내 머리처럼
(Heongkheureojin nae meoricheoreom)
Seperti rambutku yang kusut

내 마음속도 점점 엉망이 돼가죠
(Nae maeumsokdo jeomjeom eongmangi dwaegajyo)
Hatiku yang terdalam menjadi berantakan

요즘은 정말 사는게 사는게 아니야
(Yojeumeun jeongmal saneunge saneunge aniya)
Hari-hari yang aku jalani kini, aku hidup tak tampak seperti benar-benar hidup

그냥 니가 보고 싶어
(Geunyang niga bogo sipheo)
Aku hanya merindukan dirimu

Rabu, 02 September 2015

Baik-Baik Saja ^_^

Setelah perjalanan satu tahun yang menakjubkan, hampir saja saya kehilangan arah. Melihat kembali gambar-gambar yang telah terkumpul, aku menangis lagi. Air mata kembali mengaburkan pandanganku. Selalu seperti ini, ketika aku kembali melihatmu. Diam kemudian menangis lagi. Hingga tanpaku sadari, waktu berlalu begitu cepat. Hari terus berganti, dan lagi, apakah aku masih tetap menunggumu?

Dengan bodohnya aku terus mencarimu. Ketika mata ini terbuka sering kali aku berpikir aku masih tinggal di tempat itu. Air mata kembali mengalir, ketika aku menengangmu. Dan tetap saja seperti ini. Hari kembali berlalu.

Minggu, 12 Juli 2015

Kompor Minyak & Kepompong Satu Tahun


 

 

Lagi-lagi aku bercerita tentang perjalanku yang hampir satu tahun. Bahagia, melelahkan, asyik, bosan, menyenangkan, tapi terkadang juga menyedihkan. Sepertinya.... hahahaha... Juli datang kawan. Satu setengah bulan dari sekarang aku akan berjumpa dengan jawa. Tanah kelahiran yang aku tinggalkan dari 28 Agustus tahun lalu. Merantau satu tahun? Tidak!! Kata om DIKTI ini mengabdi “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.” Mengabdi? Sepertinya... hahaha....

Hari ini aku benar-benar bahagia. Juli benar-benar sudah datang. Akhirnya aku berada dalam akhiir perjalanan panjang satu tahun di Pulau Flores. Perjalanan panjang menjadi “Kepompong Satu Tahunpun” akan segera berakhir. Kepompong Satu Tahun?

JULI 2015


 

Hidup adalah serangkaian pilihan. Setelah kita membuka mata di pagi hari, kita mempunyai pilihan yang terbatas. Haruskah aku tidur lagi? Dari kekhawatiran tidak penting seperti itu dengan pilihan penting tentang masa depanku. Juli sudah menyapa. Dan beberapa hari ini Juli menyapaku dengan berbagai kecemasan, kekhawatiran akan masa depanku. Bagaimana jika nanti Agustus menyapaku? bagaimana dengan Agustus nanti?

Haruskah aku tidur lagi, berharap mimpi menerbangkanku pada masa dimana beban terberatku hanya bagaimana aku bisa bangun pagi dan berangkat kesekolah berseragam putih merah? Haruskah?? Tapi, matahari itu membangunganku dan menyapaku dengan kehangatan. Akankah masa depanku juga secerah dan sehangat pagi ini? Kecemasan tidak pentingpun kini berubah menjadi sangat penting.

Juli tetap saja beranjak, sedikit-demi sedikit menjadikan Agustus menjadi dekat, kemudian menjadi sangat dekat. Aku mulai berdamai dengan Juli ku. Kecemasan itu masih ada, hanya saja aku akan menjadikan itu biasa saja. Ada batas-batas kecemasan yang tiba-tiba menghilang. Dan tanpa disadari aku mulai melakukan banyak hal. Berbagi dengan keluargaku saat ini. Hidup bersama dengan kawan seperjuangan, berbagi certita dan juga kecemasan. Hampir 11 bulan kami hidup bersama. Kau tahu untuk seseorang yang hidup bersama maka harus siap satu hal, “Hidup bersama berarti batas-batas diantara kami menjadi tidak jelas” Tapi tetap saja meskipun kami menghabiskan banyak waktu bersama, pada akhirnya tetap ada beberapa hak yang tidak bisa dibagi.  Karena tetap ada hal yang lebih baik tidak diketahui.

Kamis, 25 Juni 2015

Hampir Satu Tahun di Tanah Flores


Angin semakin bertiup kencang. Hawa dingin di tanah ini semakin membekukan hariku. Meski matahari NTT semakin terik, tapi tetap saja aku merasa alam ini semakin beku. Sabana luas nan hijau mulai menampakan warna kecoklatannya. Begitupun air, sungai mulai kehilangan akalnya. Anak-anak dan gligen air mulai menghiasi jalanan. Flores mulai mengering. Ini hampir sama dengan kondisi saat pertama kali saya menginjakan kaki di bumi ini.

Depresi Tingkat Tinggi


Kau tahu ada kehidupan yang benar-benar ingin sekali aku ulang? Hmmm masa SD, sebuah periode waktu dimana beban terberatku hanya sebagtas mendapatkan nilai baik saat ulangan dan ujian. Saat ini aku telah menginjak 24 th. Suatu umur yang banyak disebut sebagai “Dewasa”. Tentu saja akarena aku sekarang bukanlagi remaja apa lagi anak-anak. Lalu, sudahkah aku dewasa?

Aku belum mampu menjawab pertanyaan itu. Terkadang aku menganggap diriku ini telah dewasa. Bagaimana tidak, saat ini bahkan aku telah melakukan sebuah perjalanan jauh yang cukup melelahkan selama satu tahun ini. Flores, sebuah pulau yang terbentang jauh dan sangat jauh dari tanah jawa. Ada banyak sisi sehingga aku menyebut diriku sendiri telah dewasa. Tapi disisi lain dari diriku aku benar-benar masih mempertahankan sisi manja anak-anak remaja. Bukan karena aku memperthankan sisi itu. Hanya saja tanpa sadar sisi itu tetap diam dan enggan beranjak dari diriku saat ini.

KATA DRAMA SIH....

Hai. Kau tau dibelahan bumi ini ada pepatah "cinta dimulai dari sebuah pertimbangan". Aku pikir aku meng-iyakannya. Kau tahu kenapa?
Tentu.  karena aku berpikir seperti itu. Cinta. Saat dulu aku remaja cinta itu sangat sederhana. Cukup karena aku suka dengan dia, hanya itu saja. Tidak ada kesempurnaan, tidak berpikir bagaimana kita harus bersama. Cinta tak beralasan. Aku hanya mencintainya karena dia itu orangnya. Tidak peduli dia ganteng, pintar, kaya, atau apalah. Cukup karena cinta itu dia. Bahkan bisa juga, meski tanpa ada komunikasi, berbicara 5 menit dalam satu tahunpun tidak pernah. Tapi itu tetap saja bernama cinta. Mungkin juga Cinta pertama  yang tidak terbalas.
Tapi tetap saja itu cinta. Cinta pertama yang akan dikenang selama hidup. Lalu bagaimana dengan cintamu sekarang?

Jungkat-jungkit


Aku pikir, aku bisa berpura-pura melupakan semuanya dan  berpura-pura tidak merindukan siapapun. Sering sekali aku hidup dengan perasaan acuh dengan apa yang ada dalam hatiku.  Melakukan segala sesuatunya sendiri. mengambil keputusan yang jauh dari kata pertimbangkan. Hidupku hanya sebatas bagaimana aku saat ini, seraya berharap kehidupanku kelak akan baik-baik saja dan bahagia.
Seseroang dari kehidupanku di masalalu mengatakan, “ada dua hal yang harus kau lakukan agar kau hidup bahagia: meminta maaf dan juga memaafkan dengan tulus”. Hanya itu dan aku telah menycobanya. Ini benar, karena saat kau tidak bisa memaafkan seseorang, pasti ada perasaan yang tertahan dalam hatimu dan itu akan membuatmu menderita. Dan aku yakin seseorang tidak akan bahagia, jika masih saja hidup dengan perasaan bersalah. Jadi aku pikir  benar jika kebagaiaan itu tentang dua hal: meninta maaf dan juga memaafkan.

Kamis, 21 Mei 2015

Bertemu kembali

Dan kau tahu bagaimana akhirnya kita bertemu? Dunia mengejutkanku dg kenyataan yg luar biasa. Dunia mempertemukan kembali saat kita telah menjadi dewasa. Setelah kami melewati banyak pertemuan dan perpisahan.
Pasti Ada alasan kenapa Tuhan mempertemukan seseorang untuk kedua kalinya. Dan aku sedang mencoba mencari tahu alasan itu. Terkadang masih ada ego yang muncul diantara kami. Semua melakukan pembenarannya sendiri-sendiri. Lalu seperti apa kami saat ini?
Sampai saat ini pertemuan itu masih sebatas kami mengetahui keadaannya. Berbagi cerita apa yang di lakukannya dan sesekali kami mengumbar angan tentang masa depan? Bersama??
Aku pikir ini terlalu dini untuk menyebut bersama atau kembali bersama. Pertemuan kami kali ini masih sebatas pertemuan di sebuah pertigaan jalan. Belum ada bayangan kita akan mengambil jalan bersama atau tetap kembali  di jalannya masing2.

Selasa, 19 Mei 2015

Jika Cinta Tinggal di Suatu Tempat



Cinta, Sarang, Love, Tresno. Beberapa kata dari beberapa bahasa yang mempunyai arti sama. Kemudian, mampukah aku mengartikannya?

Aku, si penikmat drama korea yang masih saja naif dengan kata itu. berusaha menghindar, meski sesekali aku merindukannya. Cinta dan jatuh cinta, aku merasakan dan mengalaminya. Aku mencintai keluargaku dan tentu saja aku pernah jatuh cinta. Pengalaman jatuh cinta dan perjalanan cinta yang pernah aku alami mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa cinta itu tinggal disuatu tempat. Cinta itu diam dan mendiami suatu tempat yang tidak bergerak. Iya, aku pikir seperti itulah cinta.

Cinta boleh saja tinggal disuatu tempat. Tapi ini berbeda dengan waktu. Dia cepat sekali berlalu. Kemudian aku menghitung mundur, berapa lama cinta itu tinggal disuatu tempat. Melangkah kembali menyusuri jejak-jejak waktu yang tanpa sadar aku melewatinya begitu saja. Hingga suatu saat aku berada dititik dimana cintaku itu tinggal. Dan aku menerima kenyataan bahwa cintaku itu sudah tidak ada di tempat itu. Cinta itu telah hilang dari sudut tempat yang dulu aku jumpai. 

Sesaat, saya menarik nafas panjang, dan kembali melihat sekitar tempat itu, berharap cinta itu hanya bersembunyi di suatu sudut lain di tempat itu. dan ternyata sama saja, di tempat itu, tidak ada lagi cinta itu. Memutuskan untuk kembali melangkah dengan bayang-bayang cinta itu. Hingga aku berkata dalam hati “Jika kita terlahir kembali di kehidupan kita selanjutnya, mari kita terlahir dengan kesamaan tempat, kedudukan, status, dan kesamaan yang membuat kita bersama. Atau Mari kita terlahir kembali sebagai seseoarang yang tidak pernah bertemu sama sekali”. Aku berharap terlahir kembali sebagai salah satu dari kedua takdir itu.

Jumat, 27 Maret 2015

Gerhana, ubi, dan senandung dalam kegelapan

Gerhana, Ubi, Kopi dan Senangdung dalam Kegelapan “Kami anak pramuka, pembela keamanan desa” itulah sepenggal senandung dalam gelapnya malam ini. Malam ini Langke Majok dan beberapa daerah di Manggarai di tempa pemadaman. Malam inipun kami hidup dalam damainya dunia. Terdengar suara nyanyian dari beberapa murid SD sedang menyanyikan beberapa lagu Pramuka. Maklum saja, tadi pagi kami ber-4 yang merupakan guru-guru SM3T di desa ini mengisi pramuka di SDK Langke Majok. Suara tersebut memecah keheningan malam. Ditemani bunyi-bunyi dari kayu yang mereka pukul-pukulkan ke kaleng rombeng semakin membah damai malam ini. Seketika kami ber-empat dari guru SM3T mendatangi asal suara itu. Ternyata di tepian jalan, sekitar 100 meter dari tempat tinggal kami. Kumpulan beberapa anak SD dan orang tua mereka. 

Duduk di tepian jalan, api unggun, Bintang, dan Gerhana bulan. Ini benar-benar pengalaman yang luar biasa. Sesampainya di tempat tersebut, kami langsung disambut dengan sapaan hangat dan senyuman ceria dari murid-murid kami. Melihat api, seketika kami tersadar bahwa kami memiliki beberapa ubi pemberian mama tua. Ubi bakar, secangkir kopi, dan juga alunan suara merdu anak SD menyanyikan Lagu Laskar pelangipun semakin menambah kehangatan di dinginnya malam Langke Majok. Sesekali saya menatap langit, berharap gerhana itu tidak cepat berlalu. Satu lagi pengalaman menakjubkan di tempat pengabdian. Kawan lihatlah pengabdian itu menyenangkan (

Senin, 23 Maret 2015

Salam Pramuka, dari Kami di Timur Indonesia


Selamat datang kakak, slamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan.... itulah penggalan lagu sambutan ketika kami membina pramuka di SDK Langke Majok. Sapaan hangat dan wajah ceria penuh semangat mendamaikan hati kami.



 “Selamat siang semuanya” itulah kalimat pertama yang kami ucapkan. Dengan nada ceria nan penuh semangat merekapun menjawab.. “Selamat siang bu”. Selanjutnya kami mengawali dengan perkenalan diri. Kemudian kita berbincang hangat dengan mereka. Seperti umumnya “PRAMUKA” yang pernah saya ikuti, kegiatan ini dimulai dengan tepuk pramuka. Sebagian besar dari siswa kami sudah paham tentang tepuk pramuka ini. jadi tidak ada kendala yang berarti.

Kegiatan selanjutnya adalah memeriksa kerapihan. Kemudian kami menatap satu persatu siswa kami ini. Hati kami teriris miris. Periksa kerapihan? Apanya??? Tiba-tiba kami merasa bersalah telah memerintahkan itu.

               

TERUNTUK KAWAN MASA KECILKU



20 Maret 2015, Dini hari di Flores 01.29 WITA aku masih terjaga. Berbaring seraya menatap layar kecil dan melakukan komunikasi via BBM dengan salah satu teman dari masa kecilku hingga sekarang. Dia Rian, Riani R.P, salah satu kawan dari masa kecilku yang masih tergolong sering berbagi cerita. Seperti biasanya, kita berbagi cerita tentang apapun. Bercerita semuanya, bercanda, dan juga saling memberi semangat. Entah ada apa dengan hari ini. Tiba-tiba kami sampai pada titik kerinduan akan masa lalu. Masa kecil, masa dimana terasa lucu untuk diingatnya.
Teruntuk kawan SD ku. Masihkah kalian mengingatku? Bagaimana kabar kalian? Tahukah kalian, kali ini aku menyapa dari Flores? Dimana sekarang kalian tinggal? Aku benar-benar rindu. Rindu keluarga, kawan, dan juga tanah jawa. Pernahkah kalian mengingat kembali kala SD? Masa dimana kita masih lugu dan lucu?

AKHIRNYA MANGGARAI “NTT” (28 Agustus 2014)


28 Agustus 2014. Saya dan rombongan keluarga telah sampai di Bandara Ahmad Yani Semarang saat adzan subuh belum berkumandang. Kala itu, langit malam kota Semarang cukup cerah. Tidak ada bintang memang, tapi malam itu adalah saksi perjalanan hidupku selanjutnya. Perjalanan panjang telah saya awali sebelumnya. Menempuh perjalanan kurang lebih 200km dari Gombong menuju Semarang. Membelah heningnya malam di jalur tengah Jawa Tengah, mobil rombongan kami melaju dengan lancar.
28 Agustus 2014, sesuatu yang menakjubkan. Berpamitan dengan kedua orang tua dan sanak keluarga terasa mengharukan memang. Sesekali air mata ini jatuh, dan ingin rasanya raga ini tetap memeluk erat mereka. Rasanya ingin sekali membawa serta keluarga dalam perjalanan kehidupanku untuk satu tahun kedepan. Ini akan menjadi kali pertamanya saya meninggalkan keluarga tercinta dalam rentang waktu yang lama. Ya.. satu tahun, tanpa belaian lembut dan kasih sayang nyata dari keluarga. Terasa berat memang, tapi ketika saya melihat sekelompok orang berjaket hitam itu, sedikit-demi sedikit beban sayapun berkurang. Mereka yang berjaket hitam berlogo SM3T itu adalah keluarga saya selanjutnya.

Halaman

Get Code

pop2

pop